Jakarta, Purna Warta – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah menjalankan proyek percontohan (pilot project) konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet yang digunakan sebagai bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion). Proyek hilirisasi batu bara ini hingga kini masih sepenuhnya didanai menggunakan kas internal PTBA.
Baca juga: Indonesia Siapkan Tambahan Impor US$ 18-19 Miliar dari AS sebagai Kompensasi Tarif 32%
Sementara itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dikabarkan akan membiayai sejumlah proyek hilirisasi di Indonesia. Berdasarkan data yang dikutip dari detikcom, terdapat sebanyak 21 proyek hilirisasi yang akan menerima pendanaan dari Danantara.
“Kalau masih pilot project kita masih bisa menggunakan kas internal kita sendiri, nilainya tidak terlalu besar,” kata Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam konferensi pers yang digelar di Westin Hotel, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Meskipun proyek ini memiliki potensi besar, Arsal menyatakan bahwa dirinya memahami mengapa proyek tersebut belum mendapatkan pendanaan dari Danantara. Menurutnya, hal ini disebabkan karena Danantara merupakan badan yang baru dibentuk oleh pemerintah. Hingga saat ini, pihak PTBA pun belum menerima undangan resmi dari Danantara untuk membahas pendanaan lebih lanjut.
“Kami juga belum dipanggil, kami tentu akan menyampaikan apa yang kami lakukan. Kami juga akan melakukan diskusi, masukan seperti apa. Sementara ini diskusi kami baru sampai MIND ID (Holding). Masih dalam proses lah. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami bisa berbicara langsung,” jelasnya.
Proyek percontohan hilirisasi batu bara PTBA ini dijalankan bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan telah resmi diluncurkan pada 15 Juli 2024 di Kawasan Industri Tanjung Enim.
Arsal menegaskan bahwa proyek ini merupakan salah satu langkah strategis dalam mendukung hilirisasi batu bara serta mencerminkan komitmen PTBA terhadap kebijakan pemerintah untuk menjaga ketahanan energi nasional serta mendukung pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri.
Saat ini, PTBA masih dalam tahap kajian terkait nilai ekonomis dari hilirisasi Artificial Graphite dan Dimethyl Ether (DME). Meski demikian, produksi Artificial Graphite tetap dijalankan karena berpotensi menghasilkan material penting berupa anoda.
“Ini merupakan ekosistem dari baterai. Jadi kami di MIND ID sebagai anggota, ini bisa menjadi Anoda. Anoda ini dihasilkan PTBA. Katoda bisa dari anggota MIND ID yang lain. Kemudian timah, aluminium, kita ada Inalum, PT Timah. very integrated,” jelasnya.
Baca juga: Kebijakan Tarif Trump 32 Persen Berdampak Tidak Langsung ke Sektor Properti Indonesia
Ia juga menyampaikan bahwa sebanyak 90% komponen baterai dapat disiapkan dari dalam negeri. Jika pun ada kebutuhan impor bahan baku, jumlahnya relatif kecil dibandingkan yang diproduksi di domestik.
“Padahal kalau kita sampai Artificial Graphite cuma sampai lembaran-lembaran, kalau dijual, secara komersial tetap menguntungkan. Tapi pasarnya, berdasarkan analisa kalau dalam negeri ada dan ada prospek. Tapi kami baru pilot project, mudah mudahan selesai tahun ini, tahun depan diharapkan sudah selesai mulai bangun. Kita harapkan tahun depan bisa komersial,” tutupnya.