Goma, Purna Warta – Kepala Misi PBB untuk Republik Demokratik Kongo (DRC), Bintou Keita, mendarat di kota Goma—pusat kemanusiaan yang kini berada di bawah kendali kelompok pemberontak M23. Kunjungan ini dilatarbelakangi oleh memburuknya situasi keamanan dan krisis sipil di wilayah tersebut.
Baca Juga : Iran Ancam Balas Jika Mekanisme Snapback Sanksi PBB Dihidupkan Lagi
Sejak Januari 2025, M23 telah melancarkan serangkaian operasi militer besar, menutup zona udara Goma dan menuntut penyerahan pasukan militer FARDC. Mereka juga menutup jalur masuk—pilot bandara Kyeshero—dan memicu gelombang pengungsian massal. Menurut laporan PBB, hampir dua juta penduduk, termasuk pengungsi internal, kini dalam kondisi darurat di tengah pemadaman listrik dan gangguan pasokan air .
Keita, didampingi oleh perwakilan MONUSCO dan ICRC, bertujuan untuk meninjau langsung fasilitas kesehatan, kamp pengungsian, serta lokasi penempatan pasukan PBB. “Penting bagi kami melihat secara langsung,” kata Keita kepada pers setelah tiba. PBB berharap kunjungan ini akan memperkuat mandatnya untuk melindungi warga sipil dan mempercepat jalur bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, tekanan diplomatik atas dukungan Rwanda kepada M23 terus meningkat. UN Secretary-General António Guterres dan Dewan Keamanan telah meminta Rwanda menarik diri dan menghentikan dukungan militer tersebut. Namun, kelompok pemberontak tetap mengokohkan posisinya di Goma dan Bukavu, memicu ketegangan regional.
Baca Juga : Bentrokan di Bolivia, 17 Orang Terluka dalam Aksi Pro-Morales
Kedatangan Keita menjadi momen krusial. Ia dikabarkan akan melaporkan perkembangannya ke Dewan Keamanan PBB, termasuk kondisi MONUSCO, akses kemanusiaan, dan keberlangsungan jalur diplomasi regional. Di tengah situasi genting, fokus utama tetap pada pelindungan warga sipil dan mencegah eskalasi lebih lanjut di wilayah yang masih rapuh tersebut.