New York, Purna Warta – Penulis kontroversial penulis The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan, Salman Rushdie, dilaporkan diserang di atas panggung saat hendak memberikan kuliah di salah satu acara di New York, Amerika Serikat sebagaimana diberitakan CNN Indonesia, Jumat (12/8).
Rushdie menjadi penulis kontroversial setelah The Satanic Verses memicu kecaman terutama dari umat Muslim dunia. Karyanya itu bahkan telah dilarang beredar dan dipublikasikan di Iran sejak 1988 dan juga resmi dilarang di India, Sudan, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Baca Juga : Pembakaran Bendera Turki di Kota Azaz Suriah
Reporter Associated Press menyaksikan seorang pria menyerbu panggung acara dan mulai meninju atau menikam Rushdie saat dia diperkenalkan. Rushdie langsung terjatuh ke lantai usai diserang.
Tidak jelas bagaimana kondisi terkini Rushdie yang segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama usai insiden terjadi. Sementara itu, pelaku penyerangan telah ditahan.
Pada tahun 1989 mendiang pemimpin Iran Imam Khomeini mengeluarkan fatwa, yang menyerukan kematian Rushdie dengan alasan “The Satanic Verses” berisi hujatan pada Islam dan Nabi Muhammad saw.
The Satanic Verses adalah novel keempat karya Rushdie. Pertama kali diterbitkan pada September 1988, buku ini terinspirasi oleh kehidupan Nabi Muhammad tapi dengan plot cerita dan gambaran yang negatif, cenderung menghina.
Meski telah berlalu 33 tahun, fatwa mati dari Imam Khomeini untuk penulis kontroversial Salman Rushdie tersebut tidak pernah dicabut. Akibat fatwa tersebut penulis asal Inggris ini melakukan persembunyian selama bertahun-tahun dan menyewa penjaga untuk melindunginya. Pemerintah Inggris bahkan memilih memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran selama lebih dari 10 tahun.
Baca Juga : Penyebaran Selebaran Peringatan Tentara Israel ke Suriah di atas Wilayah Quneitra
Pada tahun 2016, Deputi Menteri Kebudayaan Iran Seyed Abbas Salahi mengatakan, “Fatwa Imam Khomeini adalah keputusan religius, dan fatwa itu tak akan pernah kehilangan kekuatannya.”
Meski dalam rangkaian percobaan pembunuhan Rushdie berhasil selamat namun sejumlah orang yang terlibat dalam penerbitan novel tersebut tak seberuntung Rushdie. Hitoshi Igarashi, penerjemah buku tersebut dalam bahasa Jepang tewas ditusuk pada tahun 1991. Sedangkan penerjemah asal Italia, Ettore Capriolo, juga sempat diserang di apartemennya di Milan pada tahun 1991. Namun Capriolo selamat.
Di Turki, penerjemah Aziz Nesin berhasil kabur dari upaya pembakaran hotel saat ia menginap. Sementara 33 tamu yang sedang menginap di hotel yang sama tewas terbakar. Sedangkan di Norwegia, penerbit buku tersebut, William Nygaard selamat setelah ditembak di Oslo tahun 1993. Penerbit bukunya di Norwegia, William Nygaard mengalami luka serius setelah ditembak 3 kali oleh orang yang tidak dikenali.
Kebencian pemerintah Iran pada penulis yang lahir 19 Juni 1947 ini juga ditunjukkan pada tahun 2015. Iran mengundurkan diri dari Frankfurt Book Fair setelah Rushdie diumumkan menjadi salah satu pembicara di acara tersebut.
Berkebalikan dengan Iran, Pada Juni 2007, Ratu Elizabeth II memberi Rushdie gelar kebangsawanan atas jasanya di bidang sastra. Pada tahun 2008, The Times menempatkannya di urutan ke-13 dalam daftar 50 penulis Inggris terbesar sejak 1945.
Baca Juga : Nasib Salman Rushdi Setelah Penusukan
Sejak tahun 2000, Rushdie telah tinggal di Amerika Serikat. Ia dinobatkan sebagai Distinguished Writer in Residence di Arthur L. Carter Journalism Institute of New York University pada tahun 2015. Ia sempat pula mengajar di Universitas Emory. Dia terpilih ke dalam American Academy of Arts and Letters. Pada 2012, ia menerbitkan Joseph Anton: A Memoir, sebuah kisah hidupnya setelah kontroversi atas bukunya, The Satanic Verses.