Tel Aviv, Purna Warta – Perdana Menteri Israel dalam sebuah penyataan pers mengatakan bahwa salah satu doktrin utama pemerintahannya adalah menghancurkan menyerang dan melemahkan Iran. Maka dari itu ia menentang segala macam perundingan dan kesepakatan organisasi internasional dengan Iran dalam bentuk apapun.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, yang dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan segala upaya untuk menggagalkan pembicaraan Wina tentang pencabutan sanksi terhadap Iran, mengulangi pernyataannya tentang kesepakatan nuklir Iran. Ia mengatakan bahwa Tel Aviv tidak pernah menyetujui segala kesepakatan antara komunitas internasional dan Iran dalam bentuk apapun.
“Strategi Israel tidak tergantung pada apakah ada kesepakatan atau tidak,” katanya kepada Jerusalem Post pada Sabtu (29/1). “Kami melindungi diri kami sendiri. Bahkan jika kesepakatan tercapai, kami tidak akan berkomitmen untuk itu. Kami bebas untuk mengambil setiap tindakan.”
Naftali Bennett mengulangi klaimnya yang tidak berdasar itu dengan harapan maraih dukungan internasional terhadap Republik Islam Iran. Ia mengklaim, setiap perjanjian dengan Iran akan memberi Iran miliaran dolar yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan teroris terhadap pasukan Israel dan Amerika di kawasan Timur Tengah.
Di akhir retorikanya, Perdana Menteri Israel merujuk pada upaya untuk menghadapi Iran dan berkata: “Doktrin saya adalah …… Saya ingin melemahkan mereka [Iran dan pasukan proksinya] dan menyerang kekuatan mereka di semua dimensi. Mereka tidak punya tempat di kawasan kami, seribu kilometer dari rumah kami. Saya tidak ingin melihat Iran di Suriah di bagian perbatasan mana pun.”
Ini bukan pertama kalinya Perdana Menteri Israel mencoba mengancam Iran dengan kata-katanya. Sebelumnya pada bulan Februari, Bennett menyatakan dalam pidatonya pada pertemuan Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel bahwa misi utama rezim Zionis adalah untuk secara serius menghancurkan Republik Islam beserta kelompok-kelompok perlawanan di kawasan itu, termasuk Hizbullah, Hamas dan kelompok perlawanan lainnya di kawasan Asia Barat.
Dalam beberapa pekan terakhir, Bennett dan kabinetnya telah menggunakan setiap kesempatan untuk menciptakan ruang melawan Republik Islam Iran, menuduh Iran lebih lemah daripada yang terlihat di Forum Ekonomi Dunia pada hari Selasa.
Perdana menteri Israel juga memberikan komentar terkait pembicaraan Wina pekan lalu. Ia mengklaim bahwa “Pada akhirnya kesepakatan yang baik dapat dicapai, dan tentu saja kita tahu kriterianya,” menambahkan: “Namun di situasi saat ini bisakah hal itu terjadi? Tidak, karena posisi yang lebih kuat [melawan Iran] harus diambil.”
Perdana menteri Tel Aviv sebelumnya mengatakan bahwa setiap kesepakatan yang dicapai selama pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina tidak akan mengikat kabinetnya.