Washington D.C., Purna Warta – Departemen Pertahanan Amerika Serikat dilaporkan sedang merencanakan untuk memasukkan Greenland ke dalam zona operasional Komando Utara AS (NORTHCOM), demikian diungkapkan sumber-sumber yang dikutip oleh Politico.
Rencana ini akan memindahkan Greenland dari tanggung jawab Komando Eropa AS (EUCOM), dan keputusan tersebut bisa diumumkan secepatnya minggu ini. Langkah ini diprediksi akan menimbulkan keberatan dari Denmark dan sekutu NATO lainnya, mengingat Greenland merupakan wilayah otonom di bawah Kerajaan Denmark.
Baca Juga : Israel Sengaja Menyerang Sekolah-Sekolah UNRWA
Salah satu sumber menyatakan bahwa keputusan ini masuk akal secara geografis karena Greenland berada di belahan bumi utara dekat Amerika Utara. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa pemerintah Denmark belum diberi tahu secara resmi tentang rencana ini oleh AS.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa karena NORTHCOM bertugas menjaga pertahanan Amerika Utara, pemindahan yurisdiksi ini bisa membuka jalan bagi perluasan sistem pertahanan rudal AS, seperti Golden Dome, melalui pemasangan radar tambahan di Greenland.
Peningkatan Aktivitas Intelijen AS di Greenland
Langkah ini menyusul laporan Wall Street Journal pada 7 Mei yang mengungkap peningkatan upaya intelijen AS di Greenland, di tengah ambisi mantan Presiden Donald Trump yang terus mengincar pulau itu sebagai bagian dari kepentingan strategis Washington di Kutub Utara.
Baca Juga : Inggris Sebut Rusia Ancaman Langsung, Janjikan £3 Miliar untuk Ukraina
Menurut laporan WSJ, pejabat senior di Kantor Direktur Intelijen Nasional (DNI) yang kini dipimpin oleh Tulsi Gabbard, telah mengeluarkan arahan baru yang memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk memprioritaskan pengumpulan informasi tentang gerakan kemerdekaan Greenland dan persepsi publik terhadap potensi keterlibatan Amerika dalam eksploitasi sumber daya alam pulau tersebut.
AS disebut sedang mencari sekutu di kalangan elite Greenland dan Denmark yang mendukung kepentingan Washington, sebagai langkah awal menuju kemungkinan negosiasi — atau bahkan langkah koersif — untuk menguasai Greenland.
Arahan ini mencerminkan pergeseran strategis dalam prioritas intelijen AS terhadap kawasan Arktik yang sebelumnya kurang mendapat perhatian dari pembuat kebijakan di Washington. WSJ menyebutkan bahwa ini merupakan mekanisme untuk memusatkan perhatian dan sumber daya intelijen ke wilayah yang dianggap penting bagi kepentingan jangka panjang AS.
Baca Juga : Dukungan Publik Eropa terhadap ‘Israel’ Capai Titik Terendah: Survei YouGov
Kritik terhadap Kebocoran dan Reaksi Pemerintah AS
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC), James Hewitt, menolak membahas detail operasi intelijen, namun menegaskan bahwa AS memiliki kekhawatiran serius terhadap keamanan kawasan Arktik. Sementara itu, Direktur DNI Tulsi Gabbard mengecam WSJ karena dianggap membantu “deep state” dalam membocorkan informasi rahasia dan merusak agenda pemerintahan Trump.