Panen Kengerian: Israel Terus Mencuri Organ dari Jenazah Warga Palestina yang Dimutilasi

Harvest

Gaza, Purna Warta – Setelah Israel baru-baru ini mengembalikan 120 jenazah warga Palestina yang telah dimutilasi sebagai bagian dari gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober, hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa pasukan pendudukan mengambil sejumlah organ dari para syuhada, termasuk kornea, ginjal, dan hati.

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, jenazah-jenazah tersebut tiba dalam kondisi sangat mengenaskan — banyak di antaranya ditutup matanya, terikat, digantung, ditembak dari jarak dekat, atau menunjukkan tanda-tanda penyiksaan berat sebelum kematian.

Beberapa jenazah dikembalikan tanpa kepala, anggota tubuh, atau organ dalam, sementara yang lain meleleh atau tidak dapat dikenali.

Tim forensik di Gaza juga menemukan jejak ban tank yang jelas pada beberapa jenazah yang dikembalikan, menunjukkan bahwa sebagian korban kemungkinan dilindas kendaraan militer.

Indikasi Pencurian Organ Secara Sistematis

Dr. Ismail al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Gaza, mengatakan dalam siaran langsung pada Jumat bahwa temuan tersebut menunjukkan adanya praktik pencurian organ secara sistematis oleh pasukan pendudukan Israel — kejahatan yang harus didokumentasikan dan dibawa ke pengadilan internasional.

“Jenazah-jenazah ini tiba dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Banyak di antara mereka dieksekusi dengan darah dingin. Sebagian besar ditemukan dengan mata tertutup dan tangan serta kaki terikat, sementara lainnya menunjukkan tanda-tanda digantung atau ditembak jarak dekat,” ujar al-Thawabta.
“Kami juga menemukan tubuh dengan bukti penyiksaan berat hingga meninggal dunia.”

Ia menegaskan bahwa tentara Israel bertanggung jawab atas pencurian organ dari para syuhada, dan menyerukan penyelidikan internasional atas praktik “penyiksaan, mutilasi, dan pencurian organ” tersebut.

Pejabat itu menambahkan bahwa pihak Israel menolak memberikan nama-nama korban, sehingga tim forensik Gaza kesulitan mengidentifikasi mereka.

Setelah jenazah dilepaskan, keluarga para warga Palestina yang hilang berbondong-bondong ke rumah sakit — terutama RS Nasser di Gaza selatan — untuk mencari kerabat mereka.
Namun banyak yang tidak dapat diidentifikasi dan harus dimakamkan tanpa nama.

“Sistem kesehatan di Gaza hampir sepenuhnya kolaps. Kami kekurangan peralatan untuk uji DNA dan analisis forensik. Beberapa keluarga hanya dapat mengenali kerabat mereka dari pakaian atau barang pribadi. Jika sisanya tidak dapat diidentifikasi, kami terpaksa memakamkannya tanpa nama, demi menjaga martabat manusia,” tambahnya.

Menurut data Kantor Media Gaza, sekitar 9.500 warga Palestina masih hilang, sebagian besar terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

“Seluruh keluarga — ayah, ibu, anak-anak — telah terkubur hampir dua tahun,” ujar Thawabta, seraya menambahkan bahwa penghancuran alat berat seperti bulldozer dan ekskavator oleh Israel membuat operasi penyelamatan hampir mustahil dilakukan.

“Bahkan kini, meski ada gencatan senjata, semua perbatasan masih ditutup, dan Israel memblokir masuknya peralatan penyelamat. Ini adalah bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern — lebih dari 3.000 keluarga musnah seluruhnya, dan **6.000 keluarga lainnya kehilangan semua anggota kecuali satu,” tambahnya.

Dua Tahun Genosida: Gaza Hancur, Rakyat Tersisa di Ambang Kelaparan

Dua tahun sejak Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023, wilayah itu kini rata dengan tanah dan warganya terjebak antara kehancuran dan kelaparan.

Lebih dari 76.000 warga Palestina, termasuk 20.000 anak-anak dan 12.500 perempuan, tewas atau hilang.

Israel telah menjatuhkan lebih dari 200.000 ton bahan peledak — setara tiga belas bom Hiroshima — yang menghancurkan 95 persen sekolah, 38 rumah sakit, 96 pusat kesehatan, dan hampir 270.000 rumah.

Lahan pertanian dan perikanan pun musnah total, menyebabkan 650.000 anak-anak terancam kelaparan dan setengah juta warga hidup dalam kondisi menyerupai kelaparan massal.

Jutaan warga Palestina telah mengungsi berulang kali, karena Israel terus melakukan pemindahan paksa dengan dalih “evakuasi.”

Sejarah Panjang Pencurian Organ oleh Israel

Pengungkapan tentang pencurian organ dari korban Palestina oleh Israel telah berlangsung selama beberapa dekade, bahkan di luar masa perang.

Praktik ini mencerminkan komodifikasi tubuh warga Palestina dan memperlihatkan pola pelanggaran hak asasi manusia yang mendalam dan berulang.

Faktor budaya dan agama turut memengaruhi: sebagian komunitas Yahudi Ortodoks menolak donor organ, karena menganggap orang yang mati otak masih hidup. Akibatnya, tingkat donor organ di Israel sangat rendah — hanya sekitar 14 persen, dibandingkan 30 persen di negara-negara Barat — dan perbedaan ini disebut memicu praktik sumber organ yang tidak etis dari warga Palestina.

Pada tahun 1990, pejabat kesehatan Palestina Dr. Hatem Abu Ghazaleh mengungkap bahwa selama Intifada pertama, organ seperti mata dan ginjal diambil dari jenazah warga Palestina.

Pada 2009, jurnalis Swedia Donald Boström menerbitkan laporan investigasi berjudul “Our Sons Are Plundered of Their Organs” di harian Aftonbladet, yang mengungkap kesaksian keluarga Palestina bahwa anak-anak mereka diculik, diautopsi secara rahasia, dan dikembalikan dengan luka sayatan besar dari perut hingga dada, menunjukkan tanda-tanda pencurian organ.

Investigasi itu mengaitkan kasus tersebut dengan jaringan perdagangan organ ilegal internasional, di mana Israel terlibat secara signifikan.

Pada tahun 2000, Direktur Institut Forensik Abu Kabir, Dr. Jehuda Hiss, mengakui bahwa lembaganya mengambil kulit, kornea, tulang, dan katup jantung dari jenazah Palestina dan pekerja asing tanpa izin keluarga.

Meski pengakuan resmi telah muncul, tidak ada tindakan hukum yang diambil terhadap para pelaku, menggambarkan pola impunitas sistemik dalam kasus kekerasan terhadap warga Palestina.

Seruan untuk Penyelidikan Internasional

Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, sebuah organisasi berbasis di Jenewa, pada November 2023 kembali memperingatkan adanya pencurian organ oleh pasukan Israel dari jenazah warga Palestina yang terbunuh.

Temuan itu didasarkan pada laporan medis dari rumah sakit di Gaza yang menemukan organ dalam seperti hati, ginjal, jantung, dan kornea hilang pada jenazah yang dikembalikan.

Lembaga itu menyerukan penyelidikan internasional independen, menegaskan bahwa Israel tetap menjadi salah satu pusat perdagangan organ ilegal terbesar di dunia dengan dalih “keamanan.”

Menurut Statuta Roma dan Konvensi Jenewa, pencurian organ, mutilasi jenazah, dan perlakuan tidak manusiawi terhadap korban perang termasuk dalam kategori kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Oleh : Maryam Qarehgozlou

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *