Tehran, Purna Warta – Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu di sela-sela sesi kabinet di Teheran, Amir-Abdullahian menunjuk pada perkembangan terbaru dalam pembicaraan yang macet untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan pencabutan sanksi.
Baca Juga : Bank Sentral Iran Mulai Menjual Obligasi Valas Untuk Menstabilkan Pasar Mata Uang
“Amerika Serikat mengirim pesan melalui beberapa menteri luar negeri bahwa mereka sedang terburu-buru untuk kembali pada JCPOA, tetapi ketika Rob Malley berbicara kepada media, dia dengan munafik mengatakan JCPOA bukan fokus kami saat ini dan memprovokasi bahwa AS sedang mencari peluang kembali pada kerusuhan di Iran,” kata diplomat top itu.
“Amerika Serikat sedang mengejar tujuan yang sangat jelas bagi kami yakni menekan pada kami sehingga kami keluar dari batas ini,” tambah Amir Abdullahian.
“Yang penting bagi kami dalam negosiasi adalah kepentingan nasional rakyat,” tambah Amir-Abdullahian. “Namun, kami akan melanjutkan upaya kami untuk menghapus sanksi melalui negosiasi.”
Kebuntuan pada kesepakatan nuklir dipicu pada peristiwa di bulan Mei 2018, ketika mantan presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan yang dicapai antara Iran dan kekuatan dunia dan memberlakukan sanksi ekonomi yang penuh terhadap negara Iran di bawah apa yang disebut kebijakan “tekanan maksimum”.
Pembicaraan untuk menyelamatkan perjanjian dimulai di ibu kota Austria Wina pada April tahun lalu, beberapa bulan setelah Joe Biden menggantikan Trump, dengan maksud untuk memeriksa keseriusan Washington dalam bergabung kembali dengan kesepakatan dan penghapusan sanksi anti-Iran.
Baca Juga : Iran Tolak Resolusi Yang Didukung AS Di IAEA
Pembicaraan kesepakatan tetap mengalami kemacetan sejak bulan Agustus, karena Washington terus bersikeras pada posisinya yang keras kepala untuk tidak menghapus semua sanksi yang dijatuhkan pada Republik Islam Iran oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Diplomat top Iran mencatat bahwa negara itu akan menggunakan kesempatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan jika pihak lain “kembali pada komitmen mereka dan bekerja dengan baik untuk kita.”
Iran telah menuntut agar Amerika Serikat memberikan jaminan bahwa ia tidak akan meninggalkan JCPOA lagi sebelum dapat memasuki kembali perjanjian tersebut. Washington telah menolak untuk memberikan jaminan yang dapat ditegakkan secara hukum, dan membuat para perunding Iran curiga terhadap keseriusan pemerintahan Biden dalam pembicaraan tersebut.
“Kami tidak mengadakan pembicaraan demi pembicaraan tetapi untuk hasil,” tegas Amir-Abdullahian, juga menasihati Malley dan pejabat AS lainnya untuk “mengakhiri kemunafikan.”
Pernyataan itu muncul ketika Malley menegaskan kembali pada hari Senin sikap kontradiktif Washington vis-à-vis Iran dan mengatakan negaranya akan membiarkan pintu terbuka untuk melanjutkan diplomasi “kapan dan jika” saatnya tiba, tetapi untuk saat ini AS akan melanjutkan kebijakan sanksi dan tekanan terhadap Teheran.
Baca Juga : Serangan Teroris Di Barat Daya Iran Sebabkan Sedikitnya Lima Orang Tewas
Dia menyalahkan Iran atas kegagalan pembicaraan nuklir untuk membuahkan hasil. “Jika negosiasi ini tidak terjadi, itu karena posisi Iran dan semua yang telah terjadi sejak (September),” kata Malley.
Dia menambahkan bahwa focus kebijakan Amerika Serikat sekarang telah bergeser dari menghidupkan kembali JCPOA dikarenakan klaim bahwa Iran diduga telah melakukan pelanggaran HAM dan menindak pengunjuk rasa, dan menjual drone ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina, yang ditolak keras oleh Teheran.
“Fokus kami bukanlah kesepakatan yang tidak bergerak maju, tetapi apa yang terjadi di Iran,” kata Malley.
Akhir bulan lalu, utusan AS untuk urusan Iran mengatakan bahwa negosiasi nuklir dengan Iran saat ini bukan prioritas pemerintahan Joe Biden.
“Itu benar-benar bukan fokus kami saat ini. Itu bukan agenda, karena tidak ada yang berubah,” kata Malley.
Teheran mengecam keras campur tangan Washington dalam urusan dalam negeri Iran yang telah memicu kekerasan dan kerusuhan di negara itu. Sebuah laporan oleh dua badan intelijen terkemuka di negara itu membuktikan peran utama CIA dalam kerusuhan hebat di Iran dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga : Pemberangusan Kebebasan Pers Iran Oleh Barat Dan Sanksi AS