Purna Warta – Ketika Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 2020 lalu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) hanya dalam waktu 4 hari sudah mengeluarkan usulan untuk melarang atlit Rusia dari olimpiade. Sikap Komite Olimpiade terhadap Rusia ini sama cepatnya seperti negara-negara barat dalam mengecam Rusia.
Selain menargetkan para atlit Rusia, IOC juga menargetkan para atlit Belarusia yang merupakan negara sekutu Rusia. IOC menyarankan supaya setiap lembaga atau badan olahraga internasional lainnya untuk tidak mengundang Rusia attaupun Belarusia dalam kompetisi internasional apapun.
Baca juga:Olimpiade 2024 Tak Berbeda Dari Olimpiade Sebelumnya
Pihak eksekutif IOC mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil dengan berat hati demi menjaga integritas kompetisi olahraga internasional serta keamanan para peserta. IOC juga mengeluarkan pernyataan bahwa pergerakan olimpiade bersatu dalam misi mewujudkan perdamaian lewat olahraga dan mengadakan kompetisi yang jujur tanpa ada diskriminasi.
Dengan kuatnya rasa kedamaian dan keadilan yang disampaikan IOC dalam pernyataanya terkait Rusia dan Belarus tersebut banyak orang di dunia yang mempertanyakan rencananya terkait Israel yang sudah membunuh lebih dari 35 ribu orang di Gaza.
Jawaban IOC sampai saat ini sangat jelas “tidak ada”. Tidak ada jawaban apapun dari IOC.
Untuk sejarawan dan pakar olahraga seperti Jules Boykoff, kontradiksi semacam ini terlalu jelas dan ini adalah bukti adanya standar ganda sedang diterapkan.
“Pendekatan IOC untuk mengabaikan situasi yang ada membuat moralitas selektif mereka terpampang jelas dan membuat komitmen mereka untuk meraih cita-cita tinggi dipertanyakan.
Peter Alegi, Profesor Sejarah di Universitas Michigan menjelaskan bahwa bukti adanya kemunafikan dari IOC adalah adanya aturan yang hanya berlaku untuk negara tertentu. “Tentu saja, ada sanksi terhadap atlit Rusia dan negara Rusia itu sendiri yang Israel belum pernah melihatnya”.