Washington, Purna Warta – Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett menggelar pertemuan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Dalam Negeri Antony Blinken pada Rabu (25/8) kemarin. Bennett secara resmi mengunjungi Washington untuk kali pertama sejak menjabat sebagai Perdana Menteri.
Pertemuan Bennett dengan Austin dan Blinken digelar secara tertutup. Tidak seluruh informasi yang ada disampaikan secara terbuka melalui konferensi pers, termasuk detail-detail pembahasan yang bersifat lebih rahasia.
Baca Juga : Intifadah Rakyat Yaman Selatan Melawan Koalisi Agresor
Dalam pertemuannya dengan Austin, Bennett meminta AS untuk meningkatkan kualitas militer Israel dan memastikan Israel dapat menghadapi Iran beserta sekutunya di Timur Tengah. Austin juga menuding Iran berada dibalik sejumlah insiden di Timur Tengah dan perariannya.
“Amerika Serikat berkomitmen untuk memperkuat hubungan strategisnya dengan Israel. Pemerintahan ini berkomitmen untuk menjaga keamanan Israel dan membela hak pembelaan dirinya,” ujar Austin.
Austin juga menyatakan bahwa AS akan mengisi ulang misil sistem pertahanan udara Iron Dome yang banyak terpakai saat perang 11 hari dengan Gaza. Satu unit misil Iron Dome diperkirakan bisa mencapai $100.000 atau sekitar 1 miliar 423 juta Rupiah!
Sejak era Obama, AS menandatangani MoU dengan Israel untuk menggelontorkan bantuan militer ke Israel senilai $3.8 miliar atau 54 triliun 814 miliar Rupiah pertahun selama 10 tahun. Meski begitu, Austin mengatakan pihaknya akan memproses permohonan dana darurat Bennett untuk Israel sebesar $1 miliar atau sekitar 14 triliun Rupiah.
Baca Juga : Terbongkar, 12 Ribu Kematian Positif Corona Disembunyikan di New York
Setelah bertemu dengan Austin, Bennett melawat ke Hotel Williar di Washington untuk bertemu dengan Antony Blinken. Bennett mengungkapkan penolakannya atas ketertarikan AS untuk kembali ke perundingan nuklir Iran.
Selain itu, Bennett juga membahas isu lain seperti perubahan iklim, keamanan regional, program visa waiver AS untuk orang Israel, ekspansi hubungan diplomatik dan teknologi.
Soal isu Palestina dan Israel, pemerintahan Joe Biden lebih cenderung mengadopsi solusi dua negara. Lain halnya dengan Israel di bawah Bennett yang justru menentang solusi dua negara tersebut.