Sana’a, Purna Warta Utusan PBB untuk Yaman: Tidak dapat diterima jika Bandara Sana’a tetap ditutup dan impor bahan bakar melalui pelabuhan al-Hudaidah dan bandara Sanaa dibatasi.

Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman, pada hari Selasa 15/6, mengatakan bahwa pihak-pihak Yaman tidak mengesampingkan perselisihan mereka untuk mencapai kesepakatan.

Baca Juga : Menlu Yaman yang Terguling: Uni Eropa Harus Tekan Iran

Dia menambahkan, “Penutupan bandara Sanaa yang terus berlanjut dan pembatasan impor bahan bakar melalui pelabuhan al-Hudaidah tidak dapat diterima.”

Pejabat PBB ini, tanpa menyebutkan agresi lanjutan koalisi Saudi terhadap Yaman, mengklaim, “Yaman telah kehilangan kesempatan besar untuk perdamaian, dan implementasi perjanjian Riyadh adalah solusi untuk konflik di Yaman.”

Griffiths berkata, “Semua pihak di Yaman harus memanfaatkan kesempatan dan menemukan solusi untuk konflik tersebut.”

Baca Juga : Jubir Kemenlu Iran ke NATO dan G7: Dari Pada Beretorika, Taati Hukum Dunia

Perwakilan Khusus PBB untuk Yaman menekankan, “Arab Saudi telah melakukan upaya luar biasa untuk menyelesaikan krisis Yaman.”

Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi telah menargetkan Yaman sejak Maret 2015, mereka meluncurkan serangan udara, darat dan laut, untuk mengembalikan kekuasaan kepada Presiden Yaman yang digulingkan yakni Abd Rabbo Mansour Hadi.

Serangan-serangan ini telah menyebabkan kehancuran infrastruktur Yaman dan penyebaran kemiskinan, pengangguran dan penyebaran penyakit menular di negara Arab yang miskin ini. Puluhan ribu warga sipil Yaman tewas dan terluka sejak serangan dimulai.

Baca Juga : Wakil Arab di Knesset: Bendera Al-Quds Adalah Bendera Palestina

Pakar PBB menggambarkan Yaman sebagai tempat krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Lebih dari 75% penduduk Yaman saat ini membutuhkan segala macam bantuan dan dukungan kemanusiaan. Dari jumlah tersebut, jutaan orang tidak tahu dari mana makanan mereka berikutnya akan datang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here