Gaza, Purna Warta – Setelah lebih dari 15 bulan serangan keji rezim Zionis terhadap Jalur Gaza, perjanjian gencatan senjata antara Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan rezim Zionis disepakati dalam situasi di mana Zionis tidak berhasil mencapai salah satu pun tujuan militernya.
Baca juga: Jurnalis Sam Husseini: Tidak Pernah Membayangkan Akan Diseret Keluar dari Konferensi Pers Blinken
Tujuan Militer Rezim Zionis
Pada hari-hari pertama perang, Netanyahu, sambil menggambarkan perang ini sebagai perang jangka panjang, menyatakan tujuan operasi militer rezim Zionis sebagai berikut:
Menghancurkan Hamas.
Membebaskan tahanan rezim Zionis.
Mengubah Gaza agar tidak lagi menjadi ancaman bagi rezim Zionis.
Setelah serangan rezim Zionis ke selatan Lebanon, Netanyahu menambahkan satu tujuan lagi, yaitu mengembalikan pemukim Zionis di wilayah utara Palestina yang diduduki.
Gagal Menghancurkan Hamas
Zionis menetapkan tujuan utama mereka sebagai menghancurkan Hamas. Para pejabat rezim ini menggambarkan tujuan tersebut dengan berbagai istilah. Salah satu deskripsinya adalah eliminasi pemimpin utama Hamas, terutama para pemimpin sayap militer Hamas di Jalur Gaza, seperti Yahya Sinwar, Mohammad Deif, dan Marwan Issa.
Namun, kematian heroik Yahya Sinwar tidak terjadi karena rencana dan pembunuhan Zionis, melainkan dalam sebuah operasi. Pada akhir Maret 2024, rezim Zionis mengklaim telah membunuh Marwan Issa, wakil Mohammad Deif. Pada Juli 2024, Zionis kembali mengklaim bahwa mereka telah membunuh Mohammad Deif dalam serangan di distrik Al-Mawasi, Khan Younis. Namun, klaim ini tidak pernah dikonfirmasi.
Baca juga: Gencatan Senjata Gaza dan Pelajaran Abadi Tentang Kehormatan, Pengorbanan, dan Kemenangan
Ketika gagal mencapai tujuan awal dengan membunuh para pemimpin perlawanan, Zionis berusaha menggantinya dengan membunuh warga sipil dan menghancurkan berbagai distrik di Gaza. Mereka mengklaim bahwa pembantaian ini bertujuan menghancurkan Brigade Al-Qassam di tiga wilayah Gaza.
Meski demikian, meskipun telah membunuh 50.000 pria, wanita, dan anak-anak tak berdosa di Jalur Gaza selama 15 bulan terakhir, pengakuan Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, menunjukkan bahwa klaim ini hanyalah kebohongan. Blinken menyatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Hamas berhasil merekrut anggota sebanyak jumlah yang hilang.
Gagal Membebaskan Tahanan Zionis
Tujuan lain dari operasi militer Zionis di Jalur Gaza adalah membebaskan tahanan mereka yang berada di bawah kendali perlawanan Palestina. Dalam gencatan senjata yang terjadi pada November 2023, sebanyak 110 tahanan dibebaskan dalam pertukaran tahanan. Namun, setelah itu, hanya tujuh tahanan yang berhasil dibebaskan melalui operasi militer, empat di antaranya dengan bantuan pasukan AS.
Sekitar 20 jenazah tahanan Zionis juga ditemukan oleh Hamas dan dibiarkan di tempat umum. Menurut laporan, sekitar 100 tahanan Zionis masih berada di bawah kendali perlawanan, yang berarti kurang dari 3% tahanan berhasil dibebaskan melalui operasi militer. Ini adalah kegagalan besar bagi operasi militer Zionis.
Gagal Menghilangkan Ancaman dari Gaza
Zionis berusaha mengubah situasi di Gaza sehingga wilayah tersebut tidak lagi menjadi ancaman. Meski serangan roket dari Gaza sempat berhenti beberapa bulan, serangan roket kembali terjadi dari utara Gaza. Ini terjadi meskipun wilayah utara Gaza telah dikepung sepenuhnya oleh Zionis.
Selain itu, jumlah korban Zionis di utara Gaza meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir. Dalam satu operasi, komandan Brigade 69 dan wakilnya tewas. Hal ini menunjukkan bahwa Zionis masih menghadapi ancaman besar dari Gaza.
Kembali Aman ke Pemukiman Zionis
Meski Netanyahu menyebutkan tujuan ini untuk pemukiman di perbatasan Lebanon, hal ini juga berlaku untuk wilayah di sekitar Gaza. Zionis berharap dapat mengembalikan populasi ke pemukiman tersebut setelah menghilangkan ancaman dari Hamas dan Hezbollah. Namun, hingga kini, banyak penduduk pemukiman di utara Palestina dan sekitar Gaza belum kembali.
Kesimpulan: Kekalahan Total Zionis
Operasi militer Zionis selama 15 bulan terakhir tidak mencapai satupun tujuan utamanya. Kini, mereka terpaksa menerima perjanjian gencatan senjata Gaza yang menjadi penutup operasi ini. Kekalahan total ini berusaha mereka tutupi dengan kejahatan, pembunuhan, dan pembantaian warga tak berdosa di Lebanon dan Palestina.