Tel Aviv, Purnawarta – Mantan Perdana Menteri interim Israel, Naftali Bennett menolak tawaran dari PM Israel Yair Lapid untuk menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
Padahal, di era Bennett, Lapid merupakan Menteri Luar Negeri Israel. Koalisi antara keduanya memiliki syarat pembagian kekuasaan sehingga paruh periode pertama dipimpin oleh Bennett dan paruh periode kedua dipimpin oleh Lapid.
Baca Juga : Apakah Putin Mampu Merubah Peta Pertarungan di Tehran?
Penolakan tersebut diduga dikarenakan pernyataannya sendiri yang ingin mundur dari politik untuk sementara setidaknya sampai pemilu November 2022 selesai. Meski begitu, secara resmi Bennett merupakan Menteri Agama. Kurangnya aktivitas di Kementerian membuat wakilnya, Matan Kahana lebih sibuk mengurusi urusan Kementerian dari dirinya.
Naftali mulai tidak aktif dalam urusan kepemerintahan rezim Zionis Israel semenjak Lapid disumpah pada 1 Juli 2022 lalu. Ia tidak menghadiri rapat kabinet mingguan bahkan tidak ikut rapat dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat mengunjungi Yerusalem beberapa pekan yang lalu.
Meski begitu, Naftali mengaku masih merupakan ‘prajurit yang loyal terhadap Israel’. “Baik itu sebagai tentara, pegawai negeri, menteri hingga Perdana Menteri, melayani negeri ini merupakan takdir bagiku,” ujarnya.
Baca Juga : Lagi, Koalisi Saudi Sita Kapal Yaman
Selain itu, Naftali juga menyerahkan kontrol terhadap partai Yamina kepada partnernya Ayelet Shaked. Dengan retaknya koalisi Bennett dan Lapid, partai Yamina tidak memiliki cukup kursi untuk menyodorkan kadernya sebagai calon Perdana Menteri.