Teheran Desak Washington Hentikan Bahasa Ancaman Susul Kematian 3 Tentara AS

Teheran Desak Washington Hentikan Bahasa Ancaman Susul Kematian 3 Tentara AS

Teheran, Purna Warta Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengutuk retorika dan ancaman AS terhadap Iran terkait kematian tiga personel militer Amerika dalam serangan pesawat tak berawak di Asia Barat, dan menyerukan Washington untuk menghentikan kebiasaan mengancam Teheran.

Baca Juga : Mendukung Palestina Tapi Tidak Mendukung Perlawanannya? Bijak atau…?! (Part 2)

“Washington harus mengesampingkan bahasa ancaman dan saling menyalahkan, dan fokus pada solusi politik” terhadap krisis Gaza, kata Amir Abdollahian pada pertemuan kabinet pada hari Rabu.

Diplomat utama tersebut memperingatkan bahwa respons Iran terhadap situasi yang mengancam akan “tegas dan cepat”.

Pernyataannya muncul beberapa hari setelah tiga tentara Amerika tewas dan sedikitnya 40 lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak di pangkalan AS di dekat perbatasan Yordania-Suriah. Presiden Joe Biden dan Komando Pusat AS, yang mengarahkan operasi militer Amerika di wilayah tersebut, segera menyalahkan serangan tersebut terhadap “kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak”, tanpa memberikan bukti apa pun.

Iran telah menolak klaim Washington bahwa Teheran ada hubungannya dengan serangan pesawat tak berawak tersebut, dan menggambarkannya sebagai konspirasi oleh mereka yang berusaha menyeret AS ke dalam konflik regional baru. Teheran mengatakan kelompok perlawanan regional tidak menerima perintah dari Iran dan bertindak independen.

Baca Juga : Uni Eropa Mengirim Dana Bantuan 50 Milyar Euro ke Ukraina

Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada awal Oktober, telah terjadi sekitar 165 serangan terhadap personel dan fasilitas AS di Irak dan Suriah. Sebagian besar dari serangan tersebut diklaim oleh kelompok perlawanan regional yang mendukung Palestina. Washington dengan tegas mendukung rezim Zionis dalam serangan militernya terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut, yang sejauh ini telah menewaskan 26.900 orang, sebagian besar anak-anak dan warga sipil.

Amir Abdollahian juga menggambarkan perlawanan sebagai “realitas yang ada dalam menghadapi pendudukan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *