Tel Aviv, Purnawarta – Israel telah menarik tim negosiasinya dari Qatar setelah 10 hari berunding dengan perwakilan Hamas berakhir buntu. Hal ini menjadi sangat penting lantaran Israel dan Amerika Serikat saling menyalahkan satu sama lain akibat kegagalan negosiasi tersebut.
Israel menuding keengganan AS untuk menjatuhkan veto pada resolusi gencatan senjata yang diajukan Dewan Keamanan (DK) PBB sebagai sebab gagalnya negosiasi dengan Hamas. Kantor PM Israel merilis statemen resmi yang menyayangkan keputusan AS untuk abstain terhadap resolusi tersebut yang akhirnya membuat Hamas semakin kukuh dengan tuntutannya.
Pernyataan tersebut membuat Gedung Putih berang. Washington menganggap penyataan tersebut sebagai ujaran yang provokatif. “Pernyataan itu sama sekali tidak benar di hampir seluruh sisi dan tidak bijak untuk para tawanan serta keluarga mereka,” ujar seorang pejabat Gedung Putih sebagaimana yang dilansir Axios.
Washington mengatakan bahwa Hamas telah menyiapkan respon mereka sebelum voting di DK PBB dilaksanakan. “Kami tidak akan bermain politik dengan isu yang sangat penting dan rumit ini, kami akan tetap fokus pada kesepakatan untuk membebaskan keseluruhan tawanan,” ujarnya.
Sikap ini muncul di tengah tekanan masyarakat Israel terhadap kabinet Netanyahu yang terus mendesak pemulangan para tawanan. Namun mereka sadar bahwa ‘permainan’ ini tidak akan menghasilkan apa-apa. “Kita bisa terus bermain salah-salahan (dengan AS) tapi hal itu tidak akan memulangkan para tawanan. Jika kita ingin mencapai kesepakatan, kita harus menerima kenyataan yang ada,” ujar pejabat Israel.