Ini Alasan RI Masih Sulit Setop Impor Beras 

Jakarta, Purna Warta – Menurut penjelasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait impor beras, Indonesia saat ini masih sulit setop impor beras. Penyebab utama hal ini adalah karena tingkat produksi yang dihasilkan dalam negeri belum mencukupi target dan melonjaknya jumlah penduduk.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, ada sekitar 4 juta sampai 4,5 juta bayi baru yang lahir setiap tahun. Secara total jumlah penduduk Indonesia kini hampir menyentuh 280 juta orang.

“Yang kita harapkan adalah kita ini ingin tidak impor beras lagi, tapi itu dalam praktiknya sangat sulit. Karena produksi kita ini selalu tidak mencapai, karena setiap tahun kita ini juga bertambah yang harus diberikan makan. 4 juta sampai 4,5 juta. Bayi yang baru lahir, semua butuh makan. Penduduk kita ini sekarang dah hampir 280 juta jiwa, semuanya butuh makan,” katanya dalam Acara Pembinaan Petani Se-Provinsi Jawa Tengah, di Banyumas, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (2/1/2023).

Meski begitu Jokowi bersyukur angka impor jagung Indonesia sudah berkurang, dari 3,8 juta ton di 2015 menjadi hanya 800 ribu saja per tahun ini. Ia berharap hal ini juga terjadi untuk komoditas padi.

“Artinya petani dalam berproduksi jagung sudah melompat, 3 jutanya nggak usah impor sudah ada produksi di dalam negeri yang dihasilkan oleh para petani. Ini saya harus saya menyampaikan acungan jempol kepada para petani yang menanam jagung. Sehingga yang padinya ini juga harus dikejar agar tidak impor,” pinta Jokowi.

Jokowi juga bercerita banyak negara tidak mau mengekspor beras dan menggunakannya sebagai cadangan dalam negeri. Menurutnya ada 22 negara yang mengurangi ekspor beras.

“Karena sekarang yang namanya negara-negara yang memiliki beras itu dibeli ya pada nggak mau. 22 negara stop dan mengurangi ekspor beras. Nggak mau lagi dia ekspor beras. Dipakai untuk cadangan strategis rakyatnya sendiri,” bebernya.

“Kita juga sama kita harus berproduksi, nanti kalau berlebih dipakai untuk cadangan strategis pemerintah. Kalau negara lain butuh ya nggak apa-apa tapi harganya mahal,” tambahnya.

Di sisi lain Indonesia juga menghadapi tantangan mahalnya harga pupuk sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina. Menurutnya banyak negara saat ini betul-betul menghemat penggunaan pupuk.

“Betul-betul dihitung, pupuk itu harganya sekarang tidak murah. Kalau murah ngecer-ngecer bisa. Sekarang itu yang namanya pupuk itu mahal, harga di dunia itu mahal,” tutup Jokowi.

Dampak perang Rusia-Ukraina memang sebagian ada yang berdampak secara global seperti ekspor pupuk dan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *