HomeNasionalPeristiwaAAFIIC Gelar Konferensi Internasional di Gedung MPR RI

AAFIIC Gelar Konferensi Internasional di Gedung MPR RI

Jakarta, Purna Warta Acara Konferensi Internasional Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFIIC) 2023 dengan tema “Filsafat Islam, Etika, dan Politik di Dunia Yang Tak Pasti”, digelar pukul 9.00 WIB  di Gedung MPR Nusantara IV, Senayan, Jakarta, Kamis (16/3) pagi.

Acara konferensi yang dibuka oleh Wakil Ketua MPR Prof. Syareif Hasan tersebut berlangsung selama dua hari, tanggal 15-16 Maret dan diinisiasi oleh Asosiasi Akidah dan Filsafat Islam (AAFI) bekerjasama dengan MPR RI dengan agenda diskusi bersama para pembicara pakar filsafat Islam dan tokoh Islam nasional dan internasional.

Baca Juga : Menteri Keuangan Saudi Pastikan Segera Berinvestasi di Iran

Turut hadir Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan sebagai keynote speaker dan para narasumber antara lain, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Direktur Perwakilan Al-Mustafa International University di Indonesia, Prof. Dr. Hossein Mottaghi, Islamic Philosopher Algeria Dr. Abdelaziz Abbaci, Istac IIUM Malaysia Dr. Nurul Ain Norman,  Guru Besar Filsafat Islam UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Cendekiawan dan Dosen STF Driyakara Dr. Budhy Munawar-Rachman dan Pendiri Mazhab Cinta, Dr. Haidar Bagir.

Dalam sambutannya selaku Ketua (AAFI) Dr. Kholid Al Walid mengatakan bahwa Konferensi Internasional Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFIIC) bekerjasama dengan MPR dapat terselenggara di Gedung Nusantara IV berkat bantuan Prof. Syareif Hasan. Hal ini merupakan sejarah baru yang luar biasa dalam filsafat Islam di Indonesia. Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam ini merupakan asosiasi yang para anggotanya berasal dari seluruh program studi filsafat Islam terdiri dari UIN, IAIN dan STAIN berkisar sekitar 56 perguruan tinggi di seluruh Indoensia dengan jumlah ribuan dosen dan mahasiswa. Peradaban maju dalam Islam karena berdasarkan filsafat. Menurut al Farabi, negeri yang mulia hanya akan terwujud melalui ilmu dan filsafat.

“Filsafat Islam dapat dihadirkan dalam diskusi berskala internasional. Filsafat Islam merupakan bagian terpenting dari peradaban Islam yang dibangun untuk pencerdasan dan kemajuan. Semoga konferensi ini menjadi tanda yang baik untuk bangsa ke depan yang diawali dari MPR oleh Prof. Syarief Hasan,” ungkapnya.

Sementara Wakil Ketua MPR RI, Syarief Hasan sangat menyambut baik penyelenggaraan acara ini dan dalam sambutannya menyampaikan bahwa filsafat Islam sebagai tema besar konferensi ini di samping sangat bermutu juga sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Bukan sekedar wacana, kebutuhan ini merupakan bentuk pendidikan dalam memperkaya ilmu masyarakat Indonesia untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Filsafat juga berkontribusi dalam pengembangan ilmu, mencerdaskan manusia dan peningkatan kualitas berpikir dan berperilaku.

“Untuk itu, saya berharap agar Konferensi Internasional AAFI ini dapat menghasilkan berbagai terobosan positif bagi filsafat Islam, bangsa Indonesia dan dunia,” tegasnya.

Baca Juga : Pejabat Tinggi Keamanan Iran Akan Kunjungi UEA

Prof. Mottaghi dalam presentasinya menjelaskan hubungan penting antara etika dan politik. Para filsosof Yunani klasik berkeyakinan bahwa politik harus berlandaskan pada nilai-nilai etika. Karena itu, salah satu kewajiban pemerintah adalah menyebarkan nilai-nilai etika. Ibnu Sina menganggap bagian dari filsafat praktis adalah bagaiman mengatur rumah tangga dan negara berdasarkan nilai-nilai etika, meskipun kedua ilmu itu berbeda tapi keduanya memiliki hubungan yang erat. Berdasarkan ajaran filsafat Mulla Sadra, Imam Khomeini memandang adanya hubungan erat antara politik dan etika dan menyebutkan tiga macam politik yaitu politik buruk, politik duniawai dan politik Islam atau Ilahiyah.

“Di antara empat pandangan terkait hubungan etika dan politik hanya pandangan keempat yang bisa dijadikan pegangan, sebab tiga pandangan lainnya membolehkan para penguasa untuk memegang jabatan demi politik dengan meninggalkan nilai-nilai etika. Sementara pandangan keempat mementingkan etika sebagai bagian dari cara berpolitik dan menjalankan kepemimpinan dan pemerintahan. Intinya, etika dan politik bagian takterpisahkan dari masyarakat,” terangnya.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here