Kepala Human Rights Watch Eropa-Mediterania mengungkapkan pada Selasa malam bahwa Kedutaan Besar Prancis bekerja sama dengan tentara Israel untuk melaksanakan rencana terorganisir yang bertujuan untuk “mengevakuasi elit ilmiah dan budaya Gaza.”
Menekankan bahwa dirinya memiliki informasi yang dapat diandalkan, Ramy Abdu, kepala Human Rights Watch Eropa-Mediterania, mengumumkan bahwa kedutaan besar Prancis di Yerusalem pendudukan sedang berupaya mengevakuasi “elit ilmiah dan budaya” Gaza, termasuk pemegang gelar PhD, dokter, insinyur, sejarawan, dan pakar di bidang budaya dan barang antik, dalam rencana terkoordinasi dengan tentara Israel.
Menurut Parstoday, rencana ini adalah bagian dari proyek besar yang dikembangkan oleh tentara Israel untuk evakuasi bertahap dan terarah terhadap elit Palestina.
Menurut kepala Human Rights Watch Eropa-Mediterania, tindakan ini merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan menempatkan pemerintah Prancis dalam posisi tanggung jawab moral dan hukum yang berat.
Ramy Abdu mencatat dalam hal ini bahwa apa yang gagal dicapai tentara Israel melalui pengeboman, kini dilaksanakan melalui apa yang disebut penyeberangan kemanusiaan.
Sebelumnya, media Inggris “Middle East Eye” dalam laporannya yang mengacu pada kejahatan yang ditargetkan rezim Zionis di Gaza, membahas rencana lima tahap rezim tersebut untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan mewujudkan impian tentang tanah palsu.
Sejak dimulainya Perang Gaza pada Oktober 2023, kaum Zionis telah berulang kali mengumumkan keinginan mereka untuk mengosongkan Gaza dari penduduk Palestina.
Menurut media tersebut, rezim Zionis tengah melaksanakan rencana ini, yang melibatkan lima langkah: “membungkam media,” “mengurangi populasi,” “menghancurkan sistem kesehatan,” “membuat Gaza tidak layak huni,” dan terakhir, “legitimasi diplomatik.”
Kaum Zionis berharap bahwa tahap kelima akan menjadi langkah terakhir dalam menyelesaikan proses pembersihan etnis di Gaza. Fase ini berfokus pada manuver politik agresif dan koordinasi logistik.
Pada bulan Januari, Trump mengusulkan pengusiran massal warga Palestina dari Gaza; Sebuah usulan yang langsung disambut baik oleh Tel Aviv. Tetapi apa yang disebut “rencana Trump” ini tidak berasal dari Trump sendiri. Gagasan ini telah lama menjadi bagian dari visi palsu tentang “Tanah yang Dijanjikan” dan strategi pembersihan etnis di tanah Palestina.
Menurut laporan Middle East Eye, bahkan jika harapan sebagian besar komunitas global terealisasi, dan rencana rezim Zionis pada akhirnya gagal, tetap saja ini sebuah bid’ah berbahaya yang ditanam: Sebuah peta jalan untuk pembersihan etnis di abad 21.