Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan, alasan penangguhan pendidikan anak-anak perempuan di atas kelas enam di Afghanistan dan penutupan sekolah mereka adalah dalam kerangka reformasi yang diperlukan dalam buku-buku pelajaran sekolah.
“Program pendidikan sebelumnya datang dari Barat dan dipaksakan oleh orang-orang Barat,” klaim Mujahid dalam pernyataan terbarunya.
Meskipun pernyataan Mujahid ini dianggap sebagai pembenaran resmi Taliban atas penghentian pendidikan anak-anak perempuan di atas kelas enam, namun tampaknya alasan tersebut tidak bisa diterima oleh masyarakat Afghanistan dan kalangan internasional.
Karena bagaimanapun juga, buku-buku pelajaran dari pemerintah sebelumnya juga diajarkan dalam sistem pendidikan pemerintah, dan tampaknya tidak ada masalah sensitif dan non-agama dalam buku-buku ini seperti yang diklaim Taliban.
Buku-buku pelajaran sebelumnya juga diajarkan kepada masyarakat tradisional Afghanistan, dan tidak ada masalah apapun. Jika ada, tentunya para cendekiawan, ulama, tokoh, dan masyarakat akan keberatan dengan isi buku-buku pelajaran untuk anak-anak perempuan Afghanistan.
Maulavi Mofleh, seorang pakar masalah politik mengatakan, kepekaan Taliban mengenai buku teks untuk anak-anak perempuan tentunya sesuatu yang luar biasa, yang menunjukkan perhatian mereka terhadap pendidikan generasi yang sehat dari anak-anak perempuan di Afghanistan, tetapi muncul pertanyaan penting, apakah sistem pendidikan yang diterapkan Taliban tidak mampu menulis ulang dan merevisi buku-buku untuk anak-anak perempuan pada waktu yang tepat, misalnya revisi itu dilakukan selama liburan musim panas?
Pernyataan juru bicara Taliban bahwa mereka tidak melarang pendidikan anak-anak perempuan atau tidak mengizinkan untuk belajar dan hanya menangguhkan saja, hanya bertujuan untuk mengurangi tekanan internasional, terutama setelah sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini.