oleh: Ust. Syamsunar Nurdin, PhD
Arbain atau empat puluh hari, adalah suatu istilah akhlak dan irfani dengan pengertian seorang hamba pesalik berkhalwat selama empat puluh hari dengan program-program riyadah. Para ulama, khususnya mereka yang punya masyrab dan maslak irfani, dalam hal menyucikan diri (tahdzib dan tazkiyah nafs) memandang bilangan empat puluh sebagai suatu hal yang penting untuk itu. Menurut mereka bilangan ini punya efek dan pengaruh khusus dalam pencapaian aktualitas potensi-potensi manusia dan penyempurnaan malakah-malakah akhlaki serta perolehan derajat-derajat makrifat.
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
من اخلص لله اربعين صباحا ظهرت ينابيع الحكمة من قلبه علي لسانه
Barangsiapa yang ikhlas untuk Allah selama 40 hari maka akan memancar hikmah dari hati pada lisannya.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 53 dan Surah Al-A’raf ayat 142, terdapat penjelasan tentang miqat empat puluh hari (malam) hadhrat Musa as:
و اذ واعدنا موسی اربعین لیلة
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam… (QS. Al-Baqarah: 53).
و واعدنا موسی ثلاثین لیلة و اتممناها بعشر فتم میقات ربه اربعین لیلة
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam (QS. Al-A’raf: 142).
Sebagian mufasir berpandangan bahwa empat puluh malam itu adalah tiga puluh malam dzulqaidah dan sepuluh malam awal dari dzulhijah, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Imam Shadiq as.
Bagi kita, rahasia miqat empat puluh malam Nabi Musa as tentulah tidak jelas, namun dengan adanya riwayat Rasulullah SAW: Barangsiapa yang ikhlas untuk Allah selama 40 hari maka akan memancar hikmah dari hati pada lisannya, disamping dua ayat tentang miqat tersebut, maka sedikit banyaknya terdapat kejelasan tentang amalan khusus empat puluh hari ini. Bisa jadi seorang salik, lewat amalan tersebut akan mencapai suatu tingkat kesucian batin sehingga layak baginya memperoleh derajat-derajat makrifat dari Allah SWT.
Menurut Shadrul Muta’alihin Mulla Shadra, rahasia ditetapkannya bilangan empat puluh tersebut hanya para nabi dan wali Tuhan yang mengetahuinya. Beliau dengan menukil suatu pernyataan dari filosof besar Iluminasi Suhrawardi, menjelaskan tentang rahasia bilangan tersebut bahwa Hak SWT membentuk lempung hadhrat Adam as selama empat pulu hari; sebagaimana terdapat dalam riwayat:
خمرت طینة آدم بیدی اربعین صباحا
“Aku ciptakan lempung Adam dengan tangan-Ku empat puluh hari”.
Tuhan menciptanya sesuai dengan kondisi alam syahadah dan alam gaib. Dalam setiap harinya memberikannya setiap tingkatan dari potensi kekuatan untuk kebutuhan dimensi alam syahadahnya (yakni kehidupan duniawi). Antara dia dan alam-alam gaib muncullah hijab-hijab, dan terjauhkanlah ia dari sisi Hak SWT. Oleh karena itu, agar dia dapat keluar dari hijab-hijab ini dan dekat kepada Hak SWT, maka ia butuh suatu amalan arbain yang ikhlas.
Melanjutkan topik ini, Mulla Shadra lantas mengisyaratkan tentang sumber penentuan jumlah empat puluh untuk khalwat, riyadah, dan mujahadah para urafa. Demikian pula riwayat tersebut menarik para urafa dalam riwayat lain tentang sabda Rasulullah SAW, barangsiapa dari umatku yang menjaga (menghapalkan) empat puluh hadits yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam perkara agama, maka Tuhan akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ulama dan faqih.
Simpelnya, bagi yang ingin mendapatkan kesucian batin perlu melakukan program-program riyadah yang bersifat fokus dan amalan arbain ini menjadi salah satu alternatif yang dianjurkan oleh urafa.