Poin – Poin Negosiasi Iran dan Barat Dalam Pembicaraan Wina

Poin - Poin Negosiasi Iran dan Barat Dalam Pembicaraan Wina

Wina, Purna Warta Masalah utama dalam pembicaraan Wina adalah negosiasi pencabutan sanksi terhadap Iran. Pembicaraan ini dimulai pada Senin (28/11), dan berakhir tadi malam (4/12), sekaligus pertemuan penutupan pembicaraan Iran-P4 + 1 (Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan Cina).

Ali Bagheri, Wakil Menteri Luar Negeri dan Ketua Komite Negosiasi Republik Islam Iran mengatakan setelah pembicaraan Wina: “Republik Islam Iran menekankan pada beberapa poin tentang masalah pencabutan sanksi ilegal dan menindas dan pada isu nuklir iran. Sedangkan mereka masih memerlukan waktu untuk bisa berkonsultasi dengan pusat pemerintahan mereka sebagai langkah untuk memberikan jawaban yang masuk akal, terdokumentasi dan logis atas usulan Republik Islam Iran ini. Oleh karena itu, mereka diberi kesempatan untuk melanjutkan pembicaraan di Wina minggu depan segera setelah berkonsultasi dengan pusat pemerintahan mereka.”

Baca Juga : Reaksi Sana’a terhadap Kesepakatan Senjata Prancis-Koalisi Agresor

“Konsultasi akan berlanjut dan semua pihak akan mempelajari semua proposal Republik Islam Iran. Kami memulai konsultasi yang bermanfaat dengan tim perunding Iran yang baru. Tidak terburu-buru untuk segera memutuskan,” kata Enrique Mora, perwakilan Uni Eropa dalam pembicaraan tersebut.”

Antony Blinken, Menteri luar negeri Amerika Serikat yang tidak hadir dalam pembicaraan mengklaim “Apa yang kami lihat dalam beberapa hari terakhir ini adalah bahwa Iran tidak serius tentang apa yang diperlukan untuk kembali pada komitmennya, dan itulah sebabnya Kami telah mengakhiri putaran pembicaraan di ini.”

Apa isu utama dari putaran pembicaraan ini?

Dalam pemerintahan terakhir presiden Rouhani sekitar kurang dari lima bulan sebelum akhir masa jabatan delapan tahun pemerintahnya di Iran, harapan dari pembicaraan nuklir Iran masih tetap ada, dan pemerintahan Rouhani  lebih banyak mengandalkan negosiasi dengan Amerika Serikat dan pihak Eropa. Hal tersebut sama sekali tidak dapat menyelamatkan negara Iran dari masalah ekonomi.

Baca Juga : PBB Serukan Upaya Lebih Untuk Kembali Pada Kesepakatan JCPOA

Trump juga meninggalkan perjanjian JCPOA, walaupun Iran telah memenuhi semua janjinya sebelumnya. Iran telah banyak mengoksidasi banyak uranium yang diperkaya, menonaktifkan nuklir di Fordow, mematikan reaktor Arak dan membuat penutup betonnya. Akan tetapi sanksi masih tetap berlaku, bahkan Trump menambahkan sanksinya menjadi tekanan maksimum, dengan tujuan untuk memaksa Iran masuk dalam perundingan dipaksakan Amerika Serikat. Dalam waktu kurang dari dua bulan, pihak Iran harus bisa membuat keputusan lain untuk menangani kondisi di tahun-tahun mendatang.

Dalam keadaan seperti itu, Araghchi, deputi Iran tiba di Wina pada akhir April 2021 untuk mencoba mengambil kesempatan terakhir pemerintah ini dalam negosiasi dengan pihak Eropa. Bahkan kesepakatan penting atau tidak begitu penting pun masih bisa dijadikan peluang bagi pemerintah Rouhani. Putaran pembicaraan ini berlangsung hingga akhir Juni yakni setelah pemilihan presiden baru dengan tanpa membuahkan hasil.

Setelah perubahan tim negosiasi Iran, Trump berkomentar bahwa dengan pergantian tim negosiasi pemerintahan Republik Islam Iran, tim perunding negara Amerika Serikat pun mengalami pergantian. Tim Iran telah memasuki negosiasi dan Iran dihadapkan dengan sebuah klaim yang mengatakan bahwa semua yang dinegosiasikan dalam 6 putaran negosiasi sebelumnya adalah sebuah kesepakatan. Oleh karena itu, mulai sekarang, setiap percakapan harus berlangsung dalam kelanjutan jalur kesepakatan yang sama.

Baca Juga : Ali Bagheri: Draf Iran Dalam Pembicaraan Wina Berdasar Pada Prinsip – Prinsip Bersama

Posisi pihak Barat inilah yang menyebabkan Ali Bagheri, kepala tim perunding Iran, bereaksi: “Apa yang kita miliki setelah enam putaran pembicaraan adalah sebuah rancangan, bukan kesepakatan. Draf adalah subjek negosiasi, jadi tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”

Namun, tim perunding Iran mengambil inisiatif di saat-saat terakhir pembicaraan Wina. Tim Ali Bagheri memberikan dua dokumen kepada pihak pembicaraan. Dokumen pertama adalah pandangan Republik Islam Iran tentang masalah pencabutan sanksi ilegal dan dokumen kedua tentang masalah tindakan nuklir Iran.

Ali Bagheri mengatakan: “Kami berharap bahwa setelah mempresentasikan proposal Republik Islam Iran kepada pihak lain, mereka akan dapat mencapai kesimpulan sesegera mungkin untuk melakukan pembicaraan serius dengan Republik Islam Iran mengenai kedua dokumen yang telah disajikan.”

Baca Juga : AS Janji Cegah Invasi Rusia ke Ukraina

Kesimpulan putaran negosiasi ini dapat dikatakan sebagai peletakan dasar untuk kesepakatan. Iran telah mempresentasikan rencana awalnya, dan sekarang pihak Barat harus berkonsultasi dengan pusat pemerintahan mereka untuk menanggapi dua dokumen ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *