Bikin Pusing, Amunisi Patriot Menipis Habis

Washington D.C., Purna Warta - Surat kabar Amerika Serikat melaporkan habisnya amunisi Saudi peredam serangan mingguan pesawat tanpa awak Sana'a. Istana langsung memohon pengisian ulang perlengkapan perang dari Washington, Arab Teluk Persia bahkan Eropa.

Washington D.C., Purna Warta – Surat kabar Amerika Serikat melaporkan habisnya amunisi Saudi peredam serangan mingguan pesawat tanpa awak Sana’a. Istana langsung memohon pengisian ulang perlengkapan perang dari Washington, Arab Teluk Persia bahkan Eropa.

Mengutip dari sumber di AS dan Saudi, Wall Street Journal melaporkan bahwa dalam beberapa bulan ini, Riyadh menghadapi perlawanan dan serangan responsif Ansarullah Yaman lebih dari 10 operasi agresi rudal dan drone.

Baca Juga : Perkembangan Terbaru dari Pertempuran di Front Ma’rib

Menurut sumber terpercaya Wall Street Journal, militer Arab Saudi mayoritas berhasil meredam serangan dengan sistem pertahanan Patriot buatan AS, akan tetapi kuantitas rudal pendeteksinya, yaitu rudal yang digunakan untuk menghabisi serangan di udara, menipis drastis.

Berkaitan dengan situasi ini, Wall Street Journal melaporkan bahwa militer Amerika yang banyak memfasilitasi keamanan dan pertahanan Saudi, kembali mengirim senjata yang sempat dikeluarkan dari Asia Barat untuk melawan China.

Sepertinya, menurut laporan Wall Street Journal, petinggi Washington sedang menyiapkan jawaban resmi akan tuntutan Saudi, yang khawatir melihat situasi terbaru sekarang. Istana Riyadh menghadapi krisis rudal deteksi Patriot, sehingga hal ini bisa meningkatkan korban jiwa atau kerugian besar jika terjadi serangan dari arah Sanaa ke kilang minyak atau infrastruktur lainnya.

Baca Juga : Baca Juga : Tentara Suriah Paksa Konvoi Militer AS untuk Mundur

Wall Street Journal memprediksikan bahwa tuntutan Saudi ini membuka indikasi perubahan keputusan Presiden AS, Joe Biden, yang sempat bersitegang dengan Riyadh karena kasus HAM, pembunuhan Jamal Khashoggi ataupun perang Yaman ini sendiri.

“Salah satu bukti sitegang panas AS dengan Saudi ini adalah pengguguran jadwal kunjungan Menteri Pertahanan Lloyd Austin ke Riyadh. Kepada jurnalis, dia mengklaim bahwa Riyadh yang menggagalkan kunjungan ini karena waktu yang tak tepat. Dalam bulan lalu, Menhan Austin terbang mengunjungn Kawasan, tapi tidak ke Istana Raja Salman,” tulis Wall Street Journal menganalisa hubungan panas AS pemerintahan Joe Biden versus Saudi.

Wall Street Journal mengindikasikan rasa tanggung jawab yang belum hilang dari petinggi AS untuk terus menjaga kesehatan sapi perahnya.

Baca Juga : 3 Warga Yaman Tewas dalam Serangan Jet Tempur Saudi di Sa’dah

“Meskipun Washington khawatir karena kasus HAM Arab Saudi ataupun atas masalah-masalah lainnya, petinggi Gedung Putih masih yakin bahwa mereka tetap memiliki mandat tugas membantu kerajaan kaya minyak ini dalam pertahanan, khususnya di saat AS tidak ingin menghadapi masalah peningkatan harga emas hitam,” hemat Wall Street Journal.

Secara umum Saudi berhasil dalam bertahan, menurut penilaian sumber AS dan Saudi. Dari 10 serangan rudal atau drone, 9 di antaranya sukses diredam.

Dikutip dari laporan Wall Street Journal, ini adalah kali pertama dan perdana bagi Saudi meminta bahkan memohon kepada Amerika Serikat karena situasi menghantui stabilitas.

Baca Juga : Yaman Tembak Jatuh Drone Mata-Mata Kedelapan di Ma’rib

Saudi menuntut Pentagon untuk mengirim ratusan rudal deteksi sistem pertahanan Patriot, begitu juga kepada negara-negara Arab Teluk Persia seperti Qatar, bahkan Saudi mendekati negara-negara Eropa. Dan kemungkinan besar hal ini juga diminta ke pihak Prancis.

Menurut pengakuan dua petinggi AS, penjualan langsung rudal ke Arab Saudi masih dalam tahap pengamatan di tangan Kementerian Luar Negeri AS. Kemenlu AS juga diminta untuk mengizinkan segala jenis pemindahan senjata dari negara lain, seperti Qatar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *