Gaza, Purna Warta – 6 Oktober 2025, Para penasihat senior Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih berjalan tanpa pelanggaran yang terkonfirmasi, di tengah upaya Washington melanjutkan rencana keamanan dan pemerintahan untuk Jalur Gaza yang masih terkepung.
Dua pejabat senior AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, memberikan keterangan kepada wartawan pada Rabu (waktu setempat) mengenai kemajuan “rencana perdamaian 20 poin” Presiden Trump untuk Gaza, dan menegaskan bahwa belum ada tanda-tanda pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pekan lalu antara Israel dan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
“Kami belum sampai pada titik di mana siapa pun merasa perjanjian itu telah dilanggar,” ujar salah satu penasihat senior tersebut.
Kesepakatan gencatan senjata itu dicapai melalui perundingan tidak langsung di Mesir awal bulan ini, berdasarkan rancangan rencana Trump. Dalam perjanjian itu, Hamas berjanji menyerahkan semua tawanan Israel — baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Hingga kini, Hamas telah menyerahkan 20 tawanan hidup kepada Israel sebagai imbalan pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina dari penjara Israel. Kelompok itu juga menyerahkan sembilan jenazah dari 28 tawanan Israel yang diketahui telah meninggal, seraya menyatakan tidak dapat mengambil sisa jenazah lainnya dari reruntuhan Gaza tanpa peralatan khusus.
Israel, bagaimanapun, mengklaim bahwa salah satu jenazah tidak cocok dengan identitas tawanan yang tercatat, berdasarkan hasil uji forensik.
Meski demikian, penasihat AS menegaskan bahwa Hamas telah memenuhi kewajibannya untuk membebaskan semua tawanan hidup, dan upaya melalui mediator serta intelijen bersama masih berlangsung untuk menemukan sisa jenazah.
Sementara itu, laporan di lapangan menunjukkan bahwa pasukan Israel telah beberapa kali melanggar gencatan senjata, menewaskan warga Palestina dalam insiden terpisah.
Penasihat AS meminta semua pihak bersabar seiring upaya menemukan jenazah yang tersisa melewati batas waktu awal 72 jam.
“Banyak yang berkata, ‘Hamas melanggar kesepakatan karena belum semua jenazah dikembalikan.’ Namun pemahaman kami adalah, kami mendapatkan semua tawanan hidup terlebih dahulu — dan mereka menepati itu,” kata salah satu penasihat senior AS.
“Kami kini memiliki mekanisme yang bekerja sama dengan mediator dan pihak Hamas untuk mengupayakan pemulihan sebanyak mungkin jenazah. Kami juga terus berbagi intelijen yang dimiliki Israel dan bekerja dengan itikad baik hingga mekanisme itu tuntas.”
Selain itu, Amerika Serikat juga berencana membentuk pasukan internasional penstabil (International Stabilization Force) yang diklaim dapat membantu menjaga keamanan wilayah Palestina.
Pembentukan pasukan tersebut merupakan salah satu poin utama dalam rencana 20 butir Trump untuk Gaza, mengingat ketegangan masih tinggi antara pasukan Israel dan pejuang Hamas.
Menurut kedua penasihat itu, Washington telah melakukan pembicaraan dengan Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, dan Azerbaijan, serta beberapa negara lain, untuk berpartisipasi dalam pasukan penstabil tersebut.
Selain pasukan itu, pemerintahan teknokrat juga sedang dirancang untuk mengelola Gaza, dengan Trump akan memimpin “Dewan Perdamaian” — yang mencakup mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair — guna menentukan struktur administratif baru bagi pemerintahan Palestina di wilayah itu.
Amerika Serikat telah sepakat untuk mengirim hingga 200 personel militer guna mendukung operasi pasukan tersebut, namun tidak akan ditempatkan langsung di Gaza. Trump menegaskan pada Rabu bahwa militer AS tidak akan dilibatkan dalam upaya pelucutan senjata Hamas.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan hampir seluruh wilayah Jalur Gaza dalam perang yang banyak pihak sebut sebagai “genosida terhadap rakyat Palestina.”