Gaza, Purna Warta – Seorang pejabat senior Palestina menggambarkan situasi kesehatan di Jalur Gaza secara umum sebagai kritis dan “bencana yang luar biasa”, dan menekankan perlunya menyediakan komponen kesehatan yang diperlukan.
Munir Al-Bursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza membuat pernyataan tersebut pada hari Minggu, ketika gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari tampaknya sedang berlangsung di daerah kantong yang terkepung tersebut, presstv melaporkan.
Baca Juga : Majelis Umum PBB Kecam Pendudukan Dataran Tinggi Golan Suriah
“Jumlah bantuan medis dan bahan bakar yang tiba di Jalur Gaza, terutama wilayah utara Jalur Gaza, sangat terbatas dan tidak mencukupi, mengingat kondisi kesehatan rumah sakit yang sangat buruk,” kata Bursh.
“Obat-obatan dan pasokan medis harus dibawa ke Gaza dalam jumlah besar, sejalan dengan situasi kesehatan yang buruk di jalur tersebut,” tambahnya.
Pejabat Palestina lebih lanjut mencatat bahwa hanya tiga rumah sakit yang sekarang beroperasi di Gaza, yaitu Al-Maamadani, Al-Awda, dan Kamal Adwan, yang melayani sekitar 900.000 orang, dan memperingatkan bahwa rumah sakit tersebut berada di ambang kehancuran.
Ia juga menekankan “perlunya memperkuat sistem kesehatan di Gaza dan wilayah utara serta menyediakan layanan kesehatan yang memadai”.
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan terhadap kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang dilakukan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Tel Aviv juga telah memberlakukan “pengepungan total” terhadap Gaza, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.
Baca Juga : Pentagon Berjuang Membayar Pembangunan Militer di Timur Tengah
Kamis lalu, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa 26 rumah sakit dan 55 pusat kesehatan tidak dapat beroperasi di wilayah yang diblokade tersebut. Pasukan Israel juga menargetkan 55 ambulans, sementara puluhan lainnya tidak dapat digunakan karena kekurangan bahan bakar.
Gencatan senjata selama empat hari mulai berlaku pada hari Jumat untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah tujuh minggu pemboman tanpa henti.
Menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, sejauh ini hampir 15.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.