Beirut, Purna Warta – Hizbullah dalam sebuah pernyataan, mengucapkan selamat dan belasungkawa kepada rakyat Palestina serta perlawanan atas kesyahidan Muhammad Deif komandan sayap militer Hamas dan rekan-rekannya.
Baca juga: Trump dan Teori “Madman” Mencoba Strategi yang Berulang
Dalam pernyataan ini, Hizbullah menegaskan bahwa Komandan Muhammad Deif telah mendedikasikan hidupnya untuk berjuang melawan musuh penjajah, Israel, terutama dalam Pertempuran Badai Al-Aqsa, di mana ia menjadi insinyur dan komandan paling menonjol di medan pertempuran ini.
Menurut Pars Today, pernyataan ini dikeluarkan setelah “Abu Obaida”, juru bicara Brigade Al-Qassam, mengumumkan pada Kamis malam bahwa Muhammad Deif, komandan brigade tersebut, bersama beberapa komandan lainnya, telah gugur dalam perang di Gaza.
Darah Para Syuhada Mengantarkan Kemenangan
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa darah para komandan yang gugur serta semua syuhada dalam Pertempuran Badai Al-Aqsa telah menghasilkan kemenangan, yang memaksa musuh menghentikan perang dan membebaskan banyak tahanan Palestina.
Sementara itu, Kantor Urusan Tahanan Palestina mengumumkan pada Jumat malam bahwa rezim Zionis, dalam tahap keempat pertukaran tahanan berdasarkan kesepakatan antara Hamas dan Israel, akan membebaskan 183 tahanan Palestina.
Di antara mereka, 111 tahanan berasal dari Jalur Gaza, yang ditahan setelah 7 Oktober 2023.
Radio militer Israel juga melaporkan bahwa, sebagai imbalan atas pembebasan tiga tahanan Israel dari Gaza, rezim Zionis akan membebaskan 183 tahanan Palestina pada hari Sabtu.
Gencatan Senjata dan Pengakuan Kekalahan Israel di Gaza
Akhirnya, setelah serangkaian negosiasi panjang dan perselisihan internal di antara para pejabat Israel, serta penerimaan kekalahan dalam perang Gaza, gencatan senjata di Jalur Gaza mulai diterapkan pada 19 Januari.
Namun, menteri-menteri garis keras dalam kabinet Zionis tetap menuntut dilanjutkannya serangan ke Jalur Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas, suatu ambisi yang tidak pernah terwujud.
Kegagalan rezim Zionis di medan perang semakin terlihat jelas, dan bahkan para pejabatnya terus mengakui kekalahan dalam perang ini.
Pada Jumat malam, Yossi Yehoshua, seorang analis militer Israel, menekankan bahwa tidak ada alternatif praktis untuk pemerintahan Hamas di Gaza, serta mengakui bahwa gerakan ini tetap menjadi kekuatan yang berpengaruh di kawasan dan belum hancur secara militer meskipun terjadi konflik yang berkepanjangan.
Baca juga: Hamas Unjuk Kekuatan Saat Penyerahan Tawanan Zionis
Isolasi Internasional Israel Pasca Perang Gaza
Dalam konteks isolasi internasional rezim Zionis setelah perang Gaza, dilaporkan bahwa Belize, sebuah negara di Amerika Tengah, secara resmi meminta untuk bergabung dalam gugatan Afrika Selatan terhadap Israel atas tuduhan genosida di Jalur Gaza.
Afrika Selatan mengajukan gugatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) pada Desember 2023, menuduh bahwa rezim Zionis telah melanggar Konvensi Genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Beberapa negara lain juga telah bergabung dalam gugatan ini, termasuk:
- Nikaragua
- Kuba
- Irlandia
- Kolombia
- Libya
- Meksiko
- Palestina
- Spanyol
- Turki
Dalam langkah lain, Menteri Kehakiman Namibia mengumumkan pada Jumat malam bahwa negaranya, bersama delapan negara lainnya, telah membentuk kelompok bernama “The Hague Group” untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Menteri Kehakiman Namibia juga menambahkan bahwa The Hague Group berencana menggunakan sistem hukum internasional untuk menarik perhatian dunia terhadap perjuangan Palestina.