Gaza, Purna Warta – Dalam laporan terbaru yang dirilis hari Jumat ini, Kementerian tersebut menyampaikan bahwa tim penyelamat berhasil mengevakuasi jenazah enam syuhada lainnya dari bawah reruntuhan dan memindahkannya ke rumah sakit.
Pernyataan tersebut melanjutkan bahwa masih terdapat sejumlah jenazah syuhada Gaza yang berada di jalanan dan di bawah reruntuhan bangunan, namun tim penyelamat belum bisa menjangkau mereka.
Baca juga: Analis Inggris: Pembantaian di Gaza Kelanjutan dari Kolonialisme yang Dipimpin Inggris
Disebutkan juga bahwa sejak 18 Maret lalu, ketika rezim penjajah kembali melanggar gencatan senjata dan melanjutkan agresinya ke Jalur Gaza, sebanyak 1.542 warga Palestina telah gugur syahid dan 3.940 lainnya terluka.
Selain itu, jumlah total syuhada akibat perang genosida rezim Zionis terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga kini telah meningkat menjadi 50.912 orang, sementara jumlah korban luka mencapai 115.981 orang.
Rezim Zionis, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, pada tanggal 28 Esfand 1403 (18 Maret 2025) kembali memulai perang penghancuran terhadap Gaza dengan melanggar kesepakatan gencatan senjata. Serangan ini hingga kini telah menyebabkan banyak warga sipil Gaza, termasuk para pemimpin Hamas, gugur dan terluka.
Rezim tersebut berupaya, melalui pemboman dan penghancuran total infrastruktur vital, untuk menekan penduduk Gaza agar bangkit melawan Hamas. Tujuannya adalah melucuti senjata Hamas sehingga secara bertahap Gaza dapat diduduki, dan rencana deportasi paksa ala Trump dapat dijalankan.
Namun demikian, meningkatnya krisis internal di dalam rezim Zionis, protes keras dari keluarga para tawanan, serta tekanan dari pemerintah Amerika Serikat untuk mengakhiri perang, telah membuat struktur politik rezim ini berada dalam kondisi kacau dan memperumit proses pengambilan keputusan terkait masa depan perang.