Gaza, Purna Warta – Kantor Media Pemerintah Gaza memperingatkan bahwa Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan dan melanjutkan kampanye sistematis untuk membuat warga Palestina kelaparan.
Dalam pernyataan yang dirilis Selasa, kantor tersebut menyebutkan bahwa sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober, hanya 986 truk bantuan yang berhasil masuk ke wilayah Gaza yang terkepung — jauh di bawah jumlah yang dijanjikan dalam kesepakatan.
“Rata-rata jumlah truk yang masuk setiap hari sejak gencatan senjata dimulai tidak melebihi 89 truk dari 600 truk yang seharusnya masuk,” bunyi pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa hal tersebut mencerminkan “kebijakan berkelanjutan berupa pencekikan, kelaparan, dan pemerasan kemanusiaan yang dilakukan oleh pendudukan [Israel].”
Menurut kesepakatan gencatan senjata antara gerakan perlawanan Palestina Hamas dan Israel, setidaknya 6.600 truk bantuan seharusnya telah tiba di Gaza hingga Senin malam.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa bantuan yang terbatas itu tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti makanan, pasokan medis, bahan bakar operasional, dan gas untuk memasak, yang diperlukan untuk memastikan kehidupan yang layak dan bermartabat.
WFP: Makanan Masih Di Luar Jangkauan Sebagian Besar Warga Gaza
Program Pangan Dunia (WFP) juga mengeluarkan peringatan serupa pada Selasa, menyatakan bahwa pengiriman pangan ke Gaza masih jauh di bawah target 2.000 ton per hari.
Berbicara kepada wartawan di Jenewa, Pejabat Komunikasi Regional Senior WFP untuk Asia Barat, Afrika Utara, dan Eropa Timur, Abeer Etefa, mengatakan bahwa lebih dari 530 truk telah memasuki Gaza sejak gencatan senjata, membawa sekitar 6.700 ton makanan, cukup untuk memberi makan setengah juta orang hanya selama dua minggu.
Etefa menambahkan bahwa lembaganya baru dapat melakukan satu kali distribusi di Gaza utara, yang mencakup suplai gizi terbatas dan makanan ringan untuk ibu hamil, ibu menyusui, serta anak-anak yang kekurangan gizi, sementara akses ke Gaza utara dan Kota Gaza tetap sangat terbatas.
“Makanan masih sangat sulit dijangkau oleh sebagian besar warga,” ujarnya, menyoroti harga bahan pangan yang melonjak drastis.
Pejabat WFP itu mendesak otoritas Israel untuk membuka semua perlintasan perbatasan, terutama Rafah, dengan menekankan bahwa operasi bantuan saat ini hanya bergantung pada perlintasan Karam Shalom dan Kissufim, yang tidak dapat melayani Gaza bagian utara.
“Menjaga keberlangsungan gencatan senjata sangat penting,” tambahnya. “Itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa dan menahan laju kelaparan di utara.”
Kelaparan Meluas, Ratusan Tewas
Sejak Badan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) secara resmi menyatakan kondisi kelaparan di Provinsi Gaza pada 22 Agustus 2025, sebanyak 179 orang, termasuk 37 anak-anak, telah meninggal akibat kelaparan di wilayah terkepung itu.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bulan lalu bahwa jumlah korban tewas akibat kekurangan gizi yang disebabkan oleh blokade pangan Israel telah mencapai 453 orang sejak Oktober 2023, ketika Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza.