Amman, Purna Warta – Menyusul ketegangan antara Amman dan Tel Aviv atas penolakan Putra Mahkota Yordania dalam perizinan memasuki Masjid Al-Aqsa, sumber-sumber pemberitaan Zionis melaporkan bahwa perdana menteri rezim tersebut tidak menanggapi secara positif permintaan Amman untuk mengekspor lebih banyak air ke Yordania.
Koran Palestina yang diduduki melaporkan bahwa hubungan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Raja Yordania Abdullah II telah memasuki fase ketegangan baru, setelah Netanyahu menolak permintaan Yordania untuk mengekspor air dan juga menolak membantu Yordania dalam usaha melawan corona.
Situs surat kabar Al-Arab mengutip surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz yang mengatakan bahwa Netanyahu telah menolak permintaan Yordania dalam untuk mengekspor air dari Palestina yang diduduki ke negara itu.
Haaretz melaporkan bahwa meskipun ahli air dan pejabat militer Israel memberi masukan kepada Netanyahu supaya menerima permintaan Yordania, namun Netanyahu “tidak menanggapinya secara positif.
Surat kabar tersebut selanjutnya menulis bahwa sikap Netanyahu sebenarnya sedang menunjukkan kedalaman krisis antara Israel dan Yordania. Krisis yang sebagiannya justru hanya terkait dengan konflik pribadi antara Netanyahu dan Abdullah II.
Di bawah perjanjian damai tahun 1994 antara Amman dan Tel Aviv, Israel secara teratur mengekspor air dari Sungai Jordan ke Yordania, dan seringkali pihak Yordania meminta lebih banyak air ketika menghadapi gelombang kekeringan. Selama ini permintaan tersebut sering disetujui Tel Aviv sebelum terjadinya krisis terbaru.
Yordania adalah salah satu negara yang paling tidak kaya dengan air di dunia. Sekitar 40 persen sumber dayanya digunakan secara Bersamaan dengan negara-negara tetangga, termasuk sumber air, yang mana digunakan bersama dengan pendudukan Palestina dari wilayah Sungai Jordan dan Yarmouk.
Haaretz mencatat di bagian lain dari laporannya bahwa Yordania marah kepada Tel Aviv karena alasan lain, yaitu bahwa mereka ingin Tel Aviv mengirimkan vaksin corona ke negara Yordania untuk melawan gelombang pandemi virus corona yang baru-baru ini sedang melanda negara itu, akan tetapi atas perintah Netanyahu bantuan itu pun tak kunjung datang.
Cerita dimulai ketika sumber pemberitaan Zionis melaporkan sekitar beberapa minggu yang lalu bahwa pejabat rezim tidak mengizinkan Putra Mahkota Yordania untuk memasuki Masjid Al-Aqsa; Dengan dalih jumlah pengawal yang mendampingi Putra Mahkota telah melebihi jumlah yang disepakati.
Langkah itu dilakukan karena Yordania bertanggung jawab atas Masjid Al-Aqsa dan bertanggung jawab pula dalam pengurusannya yang tertulis dalam perjanjian yang ditandatangani antara Amman dan Tel Aviv.
Menyusul tindakan Tel Aviv, Amman juga tidak mengizinkan pesawat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melintasi wilayah udaranya; Sebuah langkah yang menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua belah pihak.
Ketika ditanya apakah alasan pembatalan kunjungan Netanyahu ke UEA ada hubungannya dengan masalah tidak mengizinkan putra mahkota memasuki Masjid Al-Aqsa? Menteri Luar Negeri Yordania Ayman al-Safadi mengatakan kepada perdana menteri Israel: “Anda mengabaikan perjanjian dengan Yordania. Anda mencegah perjalanan religius putra mahkota, dan Anda menciptakan kondisi yang membuat perjalanan religius ini gagal yang bertepatan dengan acara sakral ini, maka Anda berharap untuk datang ke Yordania dan melintasi wilayah Yordania, maka pihak kami harus serius dalam hal ini, apakah ini yang anda harapkan?”
Kantor Perdana Menteri Israel juga mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi pembatalan kunjungan Netanyahu ke UEA, dan menjelaskan bahwa penentangan Yordania terhadap pesawat Netanyahu yang melewati wilayah udaranya telah menyebabkan pembatalannya.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa Yordana, tentu saja, akhirnya setuju dengan pesawat tersebut; Namun karena penundaan tersebut, Tel Aviv dan Abu Dhabi sepakat untuk membatalkan perjalanan saat itu.
Baca juga: Krisis di Partai Netanyahu Setelah Kekalahan Pemilu