Switzerland, Purna Warta – Raksasa makanan asal Swiss, Nestlé, yang mempertahankan hubungan bisnis dengan rezim Israel, berencana lakukan PHK terhadap 16.000 karyawan di seluruh dunia di tengah meluasnya kampanye boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan Israel, menyusul perang genosida yang dilancarkan rezim tersebut terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Baca juga: Anggota Kongres AS Kembalikan Donasi dari AIPAC karena Dukungannya terhadap Rezim Israel
Pada Kamis (16/10), Nestlé — yang terkenal dengan merek-merek andalannya seperti Nescafé dan KitKat — mengumumkan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut akan dilakukan selama dua tahun ke depan.
Perusahaan itu juga menyatakan akan meningkatkan target pemangkasan biaya menjadi 3 miliar franc Swiss (sekitar 3,76 miliar dolar AS) hingga akhir tahun depan, naik dari target sebelumnya sebesar 2,5 miliar franc Swiss (sekitar 3,13 miliar dolar AS).
“Dunia sedang berubah, dan Nestlé perlu berubah lebih cepat,”
kata CEO Nestlé, Philipp Navratil, dalam sebuah pernyataan resmi.
Nestlé akan menghapus sekitar 12.000 posisi kerja kantoran (white-collar) di berbagai lokasi global, serta sekitar 4.000 pekerjaan tambahan di sektor manufaktur dan rantai pasok, sebagai bagian dari inisiatif peningkatan produktivitas.
Langkah PHK 16.000 karyawan tersebut diperkirakan akan menghemat sekitar 1 miliar franc Swiss (1,25 miliar dolar AS) per tahun pada akhir tahun depan.
Tahun lalu, Nestlé mengakui bahwa penjualannya menurun tajam setelah menjadi salah satu target utama gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) karena kepemilikannya atas perusahaan makanan Israel, Osem.
Kampanye boikot terhadap merek-merek pro-Israel semakin meluas sejak Oktober 2023, ketika rezim Israel melancarkan perang berdarah terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 70.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Pakar PBB “Prihatin” atas Kekerasan Polisi Jerman terhadap Aktivis Pro-Palestina
Bulan lalu, rantai kedai kopi asal Amerika Serikat, Starbucks — yang juga menjadi sasaran boikot global — mengumumkan bahwa pihaknya akan mem-PHK sekitar 900 karyawan dan menutup sekitar 100 gerai di seluruh Amerika Utara.
Langkah Nestlé ini menambah panjang daftar perusahaan multinasional yang terdampak oleh gelombang boikot global terhadap entitas yang dianggap mendukung atau berafiliasi dengan rezim Israel di tengah meningkatnya kecaman internasional atas kejahatan kemanusiaan di Gaza.