Jenewa, Purna Warta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meningkatkan kewaspadaan atas meningkatnya krisis layanan kesehatan di Jalur Gaza di tengah perang genosida AS-Israel yang terus berlanjut di wilayah terkepung yang dilanda perang tersebut.
Baca juga: Kisah Dua Kota: Barat Kutuk Ledakan Rumah Sakit di Kiev Saat Israel Bom Anak-anak Gaza
Pada hari Selasa (9/7), direktur jenderal WHO membuat pernyataan tersebut dalam sebuah postingan online menyusul perintah evakuasi baru di Kota Gaza.
Tedros Adhanom Ghebreyesus berkata, “Sebenarnya tidak ada sudut yang aman di Gaza.”
“Laporan terbaru mengenai perintah evakuasi di Kota Gaza akan semakin menghambat pemberian layanan penyelamatan jiwa yang sangat terbatas,” tulisnya.
Direktur Jenderal WHO itu juga menggarisbawahi dampak buruk perintah ini terhadap layanan kesehatan yang sudah terbatas di Jalur Gaza.
“Rumah sakit Al-Ahli dan Ramah Pasien sudah tidak bisa melayani lagi. Pasien dievakuasi, dipulangkan lebih awal, atau dirujuk ke Kamal Adwan dan rumah sakit di Indonesia, yang mengalami kekurangan bahan bakar, tempat tidur, dan pasokan medis trauma. RS Indonesia menerima pasien tiga kali lipat dari kapasitasnya,” tulisnya.
“Rumah Sakit Al-Helou berada dalam blok perintah evakuasi tetapi masih berfungsi sebagian. Rumah sakit As-Sahaba dan Al-Shifa berada dekat dengan daerah di bawah perintah evakuasi tetapi sejauh ini masih berfungsi,” tambahnya.
Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa delapan pusat kesehatan berada di dalam zona evakuasi, sehingga semakin membebani infrastruktur layanan kesehatan.
“Rumah sakit dan fasilitas medis utama ini dapat dengan cepat menjadi tidak berfungsi karena adanya permusuhan di sekitar mereka atau hambatan akses,” tulisnya.
WHO telah berulang kali menegaskan kembali seruan gencatan senjata untuk memastikan pengiriman bantuan medis kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Baca juga: Iran Pimpin Pernyataan Bersama Untuk Akui Zionisme Sebagai Rasisme
Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Kota ini adalah tempat perlindungan bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari agresi lebih jauh ke utara di wilayah pesisir di bawah perintah evakuasi tentara Israel sebelumnya.
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk karena truk bantuan masih terdampar di perbatasan Rafah di Mesir.
Sejak rezim Israel menguasai perbatasan Rafah di sisi Palestina, truk-truk yang membawa makanan dan air terdampar di belakang perbatasan, bahkan selama hampir dua bulan, menunggu izin untuk mengirimkan pasokan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.
Blokade Israel terhadap pasokan yang sangat dibutuhkan tidak hanya memperburuk krisis kemanusiaan yang mengerikan namun juga menyebabkan peningkatan ketegangan di seluruh Asia Barat.
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah kelompok perlawanan Palestina melakukan operasi pembalasan mendadak ke wilayah pendudukan.
Bersamaan dengan perang tersebut, rezim tersebut telah melakukan pengepungan total terhadap wilayah pesisir, yang telah mengurangi aliran bahan makanan, obat-obatan, listrik, dan air ke wilayah Palestina.
Perang Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.243 warga Palestina, termasuk sekitar 17.000 anak-anak. Sebanyak 88.033 warga Palestina lainnya juga menderita luka-luka.