Gerakan Pembebasan Afrika: Barat Mencoba Memecah Belah dan Dominasi Benua Afrika lagi

Johannesburg, Purna Warta – Gerakan pembebasan dari enam negara Afrika telah berkumpul di Johannesburg, Afrika Selatan, untuk memperkuat persatuan melawan campur tangan Barat, memperingatkan bahwa kekuatan eksternal sedang berupaya memecah belah negara-negara Afrika dan merebut kembali benua Afrika secara ekonomi.

Baca juga: Hamas: Gaza dalam Tahap Genosida Paling Berbahaya Seiring Meluasnya Kelaparan

Beberapa kepala negara Afrika yang gerakan pembebasan mereka kini menjadi partai yang berkuasa di negara masing-masing berkumpul di Kempton Park, Johannesburg, selama akhir pekan.

Mereka merefleksikan peran mereka dalam perjuangan kemerdekaan dan berkomitmen kembali pada persatuan sambil mempertahankan pencapaian demokrasi melawan neo-kolonialisme.

Para delegasi juga merefleksikan peran mereka dalam meningkatkan dan mengangkat standar hidup di benua Afrika.

Selain isu-isu politik internal yang melanda organisasi-organisasi tersebut, para pemimpin partai politik juga mengkritik campur tangan negara-negara Barat dalam urusan Afrika, menyalahkan kekuatan eksternal dari Barat karena memicu perpecahan di benua Afrika.

Dalam front persatuan, partai-partai politik, yang sebagian besar diwakili oleh presiden mereka, berjanji untuk tidak membiarkan penjajah merebut kembali benua Afrika melalui sanksi ekonomi dan sanksi lainnya.

Menanggapi sanksi terbaru oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengatakan bahwa kekuatan eksternal telah gigih dalam upaya mereka untuk menghapus gerakan pembebasan dari radar politik di kawasan tersebut.

“Namun, kita harus tetap berani dengan sejarah pembebasan kita yang kaya, yang merupakan guru terbesar kita. Jutaan orang yang memandang gerakan pembebasan dengan harapan akan masa depan yang lebih baik seharusnya menjadi sumber inspirasi,” ujarnya.

Mnangagwa menambahkan bahwa gerakan pembebasan membutuhkan semangat dan energi yang sama yang telah mengalahkan kekuatan kolonial untuk mengalahkan mereka kembali.

“Kita telah mengalahkan mereka di masa lalu, dan kita akan mengalahkan mereka lagi, lagi, dan lagi. Melalui persatuan dan solidaritas kita yang tak tergoyahkan, kemenangan selalu pasti,” ujarnya.

Presiden Namibia dan Swapo, Netumbo Nandi-Ndaitwah, mengatakan bahwa ada upaya bersama oleh mereka yang menentang kemerdekaan, yang berkedok konspirasi ekonomi, politik, dan diplomatik untuk melemahkan pencapaian gerakan tersebut.

“Mereka dimotivasi, seperti yang kita semua sadari, oleh kepentingan kebijakan dalam dan luar negeri dan secara aktif berusaha untuk melemahkan dominasi politik partai-partai pembebasan kita, dengan tujuan jangka panjang untuk melemahkan dan menggulingkan kita dari kekuasaan sepenuhnya,” ujarnya.

Nandi-Ndaitwah menggarisbawahi bahwa kekuatan-kekuatan eksternal tersebut ingin memecah belah dan menaklukkan sambil mengeruk kekayaan benua untuk menguntungkan negara mereka.

Baca juga: Palestine Action Menangkan Gugatan untuk Menentang Larangan Anti-Terorisme

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, sementara itu, mengatakan gerakan pembebasan harus menolak kolonialisme sebagai takdir.

“Kita juga ingat bahwa proyek untuk menghapuskan apartheid, rasisme, kolonialisme, dan kebencian adalah proyek yang diuntungkan oleh solidaritas internasional dengan Komite Pembebasan OAU [Organisasi Persatuan Afrika] serta diaspora progresif dan teman-teman di garda terdepan,” ujarnya.

Ramaphosa mengingatkan para delegasi bahwa perjuangan bukan hanya untuk kemerdekaan politik, tetapi untuk pembebasan total rakyat mereka: ekonomi, budaya, intelektual, dan sosial.

Kongres Nasional Afrika (ANC) menutup pertemuan puncak dengan menyerahkan kepemimpinan kepada Chama Cha Mapinduzi (CCM) Tanzania, yang dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan puncak mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *