Purna Warta – Istilah “narcissistic parent” belakangan semakin sering diperbincangkan di ruang publik, terutama di media sosial dan forum parenting. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan orangtua yang memiliki kebutuhan berlebihan untuk tampil mengesankan di mata orang lain atau merasa penting di lingkungan sekitarnya.
Cara pandang tersebut kemudian dapat memengaruhi bagaimana mereka menilai diri sendiri sebagai orangtua, sekaligus membentuk pola hubungan dengan anak-anak mereka.
Meski sering disalahartikan, para ahli menekankan bahwa “narcissistic parent” bukanlah diagnosis medis resmi, melainkan lebih kepada istilah kultural atau sosial. Dengan kata lain, tidak semua orangtua yang disebut narsistik otomatis mengidap *narcissistic personality disorder* (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik.
Ini dia beberapa ciri orangtua narsistik:
1. Mendahulukan diri sendiri
Orangtua dengan sifat narsistik kerap menempatkan kepentingan pribadi di atas kebutuhan anak. Hal ini bisa terlihat dari kurangnya perhatian terhadap kesehatan, keamanan, hingga kebutuhan emosional anak. Mereka lebih fokus mencari kepuasan pribadi, sementara anak sering kali tumbuh dengan rasa diabaikan.
2. Mencuri sorotan
Alih-alih merayakan pencapaian anak, orangtua narsistik justru sering berusaha menarik perhatian. Misalnya dengan membuat keributan di acara olahraga anak, atau bahkan tampil mencolok di hari pernikahan sang anak. Setiap momen yang seharusnya menjadi milik anak, justru dijadikan panggung untuk diri mereka sendiri.
3. Bersikap abusif
Perilaku abusif kerap menyertai pola asuh narsistik, baik berupa kekerasan verbal, emosional, maupun fisik. Komentar merendahkan, kritik berlebihan, hingga tindakan kasar bisa muncul sebagai cara mereka mempertahankan kontrol, meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak.