London, Purna Warta – Eks Duta Besar Inggris di Amerika Serikat meyakini para sekutu Washington yang mulai ragu untuk menjalin kerjasama ataupun resolusi dengan administrasi Joe Biden karena kasus JCPOA.
The Guardian, dalam salah satu wartanya, menyorot jadwal kunjungan Presiden AS ke Inggris untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi G7. The Guardian berupaya menelisik pendekatan salah satu tokoh kondang Inggris tentang konferensi.
Konferensi G7 dijadwalkan tanggal 11 hingga 13 Juni 2021 di Inggris. Joe Biden, Presiden AS akan mengunjungi London sebagai kunjungan pertama agenda luar negeri.
Baca Juga : Perang Urat Saraf, Hamas Tebar Rekaman Suara Tahanan Prajurit Israel
“Dalam pekan ini, Presiden Joe Biden akan mengadakan kunjungan luar negeri sebagai Presiden. Joe Biden akan berusaha meyakinkan para kawan dan lawan serta mengembalikan Amerika ke kancah internasional pasca 4 tahun kepemimpinan Donald Trump (America is Back),” tulis The Guardian.
Di sela konferensi G7 ini, Presiden Joe Biden juga dijadwalkan pertemuan langsung dengan PM Inggris, PM Belgia, Presiden Rusia serta Presiden Turki.
Sir Peter Westmacott, mantan Dubes Inggris di AS, dalam wawancaranya dengan The Guardian mengatakan, “Hal yang akan terdengar dari yang Biden lakukan bersama timnya dalam upaya meyakinkan anggota-anggota G7 untuk melakukan sesuatu, adalah bagaimana kami menerima lisan Amerika?”.
Eks Dubes Inggris tersebut mengambil contoh kasus resolusi nuklir yang ditandatangani pada periode Barack Obama dan keluar sepihak tanpa alasan di masa Donald Trump dan menjelaskan, “Lihatlah yang terjadi di resolusi nuklir. Resolusi ini sudah terobek di periode Presiden setelah Obama.”
Baca Juga : Programer Ternama Antariksa dan Rudal Zionis Meninggal Dunia
“Jika seorang Trump atau seperti Trump hadir lagi di Gedung Putih, apa yang akan terjadi? Apa untungnya kami mengadakan kesepakatan dengan kalian (Biden dan tim) di saat ini ketika kertas print resolusi tidak ada artinya? Menurut saya, mereka sadar akan kerugian yang membebani Amerika sebagai sekutu terpercaya,” tambahnya menyindir.
JCPOA ditandatangani pada masa Barack Obama, lalu Donald Trump keluar sepihak dengan maksud menjalin hubungan spesial dengan Iran tanpa campur tangan Benua Biru.
Dengan maksud menundukkan Iran demi resolusi impian nan spesial, Donald Trump mengaksikan tekanan ekstrim. Tapi hasil berkebalikan, AS terasingkan dari sekutu-sekutunya.
Sedari kampanye Pemilu, Presiden Joe Biden bersumpah mengembalikan AS ke kancah internasional dan pulang ke resolusi nuklir dengan syarat Iran berpegang teguh pada resolusi.
Baca Juga : Koalisi Saudi Sabotase Pertukaran 400 Tahanan Yaman
Iran merespon sederhana, tidak ada lagi hak AS di JCPOA yang harus didengarkan karena sikap Donald Trump yang telah mengangkangi resolusi di bawah pengawasan organisasi sekelas PBB (piagam 2231 DK PBB).