HomeAnalisaMahsa Amini dan Zainab Essam; Dua Kematian dalam Satu Permainan Politik Media...

Mahsa Amini dan Zainab Essam; Dua Kematian dalam Satu Permainan Politik Media Barat

Oleh Hafsa Kara Mustapha

Saya beruntung mengunjungi Iran beberapa kali dan telah mengunjungi beberapa tempat paling ikonik, dari ibu kota Teheran hingga Isfahan yang bersejarah hingga kota suci Mashhad. Selain keindahan sekitarnya, masjid-masjid yang memesona atau keramahan penduduknya yang legendaris, yang paling mengejutkan saya, sebagai seorang wanita, adalah betapa saya mendapatkan keamanan.

Mungkin kenangan yang paling menonjol dari perjalanan saya ke negara timur ini adalah kenyataan bahwa penduduk setempat pergi ke taman pada malam hari, termasuk wanita sendiri atau bersama anak-anak mereka yang masih kecil. Dari sekian banyak hal yang saya lihat di Iran, dan saya melihat banyak hal, pemandangan wanita yang sedang joging atau duduk sendiri di bangku larut malam adalah yang paling mencolok.

Baca Juga : Standar Ganda AS atas Kematian Mahsa Amini

Lagi pula, ini adalah sesuatu yang saya tidak akan berani lakukan di ibu kota Barat mana pun. Namun megherankannya, rentetan liputan negatif yang terus-menerus media-media Barat berikan mengenai negara ini dan secara khusus bagaimana warga negaranya diperlakukan.

Seperti contohnya, dalam beberapa hari terakhir, kerusuhan telah dilaporkan terjadi di sejumlah kota di Iran yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda, Mahsa Amini, yang sebelumnya dipanggil ke kantor administrasi, namun pingsan di ruang tunggu dan akibatnya dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit.

Peristiwa itu diberitakan media Barat dan disampaikan sebagai kasus misogini institusional oleh pemerintah Republik Islam Iran. Dilaporkan bahwa dia ditangkap karena tidak mengenakan jilbabnya dengan benar.

Ini mungkin adalah hal yang paling mengejutkan dari konspirasi yang menyedihkan ini. Di Iran, saya melihat banyak wanita muda dengan hanya kerudung longgar di kepala dan rambut mereka terlihat sangat jelas. Dalam beberapa kasus, syal yang mereka kenakan bahkan tidak bisa dikatakan sebagai kerudung tetapi hampir seperti pita, hanya dirancang untuk mematuhi aturan yang berlaku di negara tersebut.

Saat itu, karena penasaran, insting jurnalis saya bekerja, dan mulai bertanya tentang jilbab mereka, sebagian besar mengatakan kepada saya bahwa aturan telah dilonggarkan dalam beberapa tahun terakhir. Namun kisah Mahsa Amini ini sekarang menjadi fenomena di seluruh dunia. Media sosial ramai dengan perincian kasus ini, dan seruan untuk mendukung kerusuhan yang sekarang terjadi di Iran sedang tren di platform seperti Twitter.

Baca Juga : Disudutkan dengan Kematian Mahsa Amini, ini Jawaban Presiden Iran

Kisah ini tentu saja memiliki ciri khas yang disukai media mainstream ketika melaporkan negara yang tidak mengikuti garis Barat. Almarhum adalah seorang wanita, dari kelompok etnis Kurdi Iran, pakaiannya dianggap ‘tidak cocok’ oleh pihak berwenang.

Singkatnya, semua bahan yang diperlukan untuk memicu kaum liberal barat dan LSM-LSM pro barat untuk meluncurkan kampanye untuk memberikan citra negatif pada negara raksasa penghasil minyak Timur Tengah ini.

Meskipun penyelidikan segera dilakukan terkait penyebab kematiannya, dan seorang pejabat senior mengunjungi keluarganya untuk menyampaikan belasungkawa, insiden malang ini sedang dieksploitasi untuk menjadi bahan penting melawan Iran pada saat negara-negara barat putus asa untuk menemukan gas di tengah perang Ukraina.

Ini adalah taktik yang dipoles dengan baik yang digunakan oleh negara-negara jahat untuk memicu kerusuhan di negara-negara kaya sumber daya dalam upaya untuk memastikan komoditas berharga mereka akhirnya dijual dengan harga yang menguntungkan dan melalui persyaratan yang menguntungkan pembeli dengan merugikan penjual.

Irak, Libya, Somalia yang kaya emas dan kami telah melihat ini berkali-kali sehingga menjadi jemuh, namun generasi baru dari pemuda yang terindoktrinasi tetap bersedia untuk terjun ke medan dan terlibat dalam kampanye media yang canggih melawan Iran, entah bagaimana berpikir bahwa tangisan dan cemoohan mereka adalah untuk kepentingan perempuan, bukan untuk kerja sama raksasa Barat.

Baca Juga : Penjelasan Polisi Tentang Peristiwa Mahsa Amini

LSM yang meragukan seperti Hengaw, yang asal-usul dan pendanaannya tidak jelas, namun situs webnya di-host di Finlandia, telah menyampaikan berita berlebihan tentang dugaan kebrutalan polisi. Hal ini pada gilirannya telah mengobarkan situasi yang sudah tegang dan kerusuhan meletus di seluruh negeri. Pejabat polisi menjadi sasaran dan dalam satu kasus seorang polisi dikatakan telah dibakar oleh pengunjuk rasa yang marah.

Media Barat menggandakan kecaman tersebut dan membuat lembaga-lembaga internasional seperti PBB yang tidak efektif, yang biasanya buta terhadap kejahatan yang dilakukan oleh negara-negara Barat dan rezim Israel, telah memerintahkan penyelidikan segera atas kasus tersebut, meskipun Iran adalah negara berdaulat yang mampu melakukan penyelidikan sendiri tanpa peran dan bantuan pihak asing.

Bersamaan dengan kematian Mahsa Amini, seorang gadis berusia lima belas tahun bernama Zainab Essam Al Khazali ditembak oleh militer AS pada 20 September 2022 di dekat Camp Bucca yang terkenal di Baghdad tetapi tidak satu pun media Barat melaporkan pembunuhan itu, membuktikan sekali lagi bahwa kritikan Barat pada Iran tidak selalu tentang hak asasi manusia. Yang penting adalah menciptakan gejolak dan menghancurkan negara-negara yang stabil seperti yang sering terjadi di masa lalu.

Sayangnya, banyak ekspatriat Iran menyerukan, dari kenyamanan tempat tinggal barat mereka, agar kerusuhan terus berlanjut, seperti yang dilakukan rekan-rekan mereka di Libya dan Suriah beberapa tahun yang lalu dan dengan konsekuensi yang kita ketahui sekarang.

Patut disebutkan bahwa rangkaian sanksi ketat yang dikenakan pada Iran telah memicu krisis ekonomi yang pada gilirannya berdampak pada kehidupan rata-rata orang Iran. Dalam iklim ini, percikan apa pun dapat membakar jalan seperti yang dapat diharapkan segera di banyak kota Barat ketika harga energi terus melambung dan orang-orang kelaparan. Namun, seperti yang sering terjadi, London, Paris atau Washington tidak menyadari krisis mereka sendiri, lebih memilih untuk fokus pada negara lain.

Baca Juga : AS Manipulasi Berita Kematian Mahsa Amini Untuk Menghasut Perubahan Pemerintahan Iran

Prancis, misalnya, yang selalu ingin ikut campur dalam setiap cerita yang melibatkan wanita Muslim, gagal melihat ironi jika menteri dalam negerinya  saat ini, Gerard Darmanin, diselidiki karena pemerkosaan. Wanita Prancis yang melaporkan serangan seksual akan berurusan dengan petugas yang bosnya sendiri dituduh memperkosa wanita. Namun, media Prancis masih heboh atas kasus Mahsa Amini, yang kematian tragisnya dieksploitasi secara mengerikan untuk modal politik.

Di Inggris, di mana ratu yang paling lama memerintah dimakamkan dengan segala kemegahan dan upacara yang sesuai dengan era feodal abad pertengahan, para politisi tetap buta terhadap meningkatnya kemiskinan di negeri mereka sendiri.

Sementara media milik negara telah melaporkan ribuan orang yang memberi penghormatan kepada mendiang ratu, liputan mereka agak tenang ketika harus menyiarkan kegelisahan yang oleh banyak orang di seluruh negeri melihat biaya yang tidak perlu dari pemakaman selama dua belas hari, ketika ribuan sekarang tidak dapat membayar tagihan lisrik mereka dan bahkan makanan mereka.

Mengalihkan perhatian massa dengan cerita tidak berguna tentang selebritas atau memang tentang Iran tidak bisa bertahan lama, tetapi tampaknya formula ini yang terus dicoba dan diuji karena dirasa mereka masih memiliki manfaat.

Baca Juga : Kematian Mahsa Amini dan Keengganan Barat Dalam Menerima Kebenaran

Iran, tentu saja, telah menghadapi banyak upaya campur tangan asing dan selalu menjadi lebih kuat dengan itu. Inilah harapan bahwa kekerasan yang sekarang dilaporkan dan menjalani proses penyidikan akan segera mendapat titik terang dan Mahsa muda beristirahat dengan tenang.

*Penulis adalah seorang jurnalis, analis politik dan komentator dengan fokus khusus di Timur Tengah dan Afrika. Dia telah bekerja untuk grup FT dan Reuters dan karyanya telah diterbitkan di majalah Timur Tengah, laporan Jane’s Foreign dan sejumlah publikasi internasional. Sebagai pembicara di TV dan radio, Hafsa sering terlihat di RT dan Press TV.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here