Lolos Uji Kelayakan, Berikut Profil Calon-Calon Presiden Iran

Presiden

Teheran, Purna WartaPasca wafatnya Presiden Republik Islam Iran, Sayyid Ibrahim Raisi, pemerintah Iran menggelar pendaftaran untuk bakal calon Presiden selanjutnya. Tercatat 80 orang mendaftarkan diri menjadi bakal calon Presiden Iran termasuk nama-nama besar seperti Mahmoud Ahmadinejad, Ali Larijani dan Ishaq Jahangiri. Dari 80 orang tersebut hanya 6 orang yang lolos uji kelayakan Guardian Council, berikut nama-namanya:

  1. Saeed Jalili

Jalili lahir pada 6 september 1965 (usia 58 tahun) di kota Mashad. Saat ini ia menjabat sebagai anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara sejak tahun 2013. Jalili pernah menjadi Sekretaris Dewan Keamanan Nasional pada periode 2007-2013. Dia juga merupakan kepala tim negosiator dalam perundingan nuklir pada periode 2007-2013. Jalili melaju sebagai kandidat independen dari faksi prinsipalis.

Ini adalah kali keempat Jalili mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Islam Iran. Pada tahun 2013 ia berada di urutan ketiga setelah Hassan Rouhani dan Mohammad Bagher Ghalibaf. Pada tahun 2017 dan 2021 Jalili menarik diri sesaat sebelum pemilu dan menyerahkan dukungannya untuk Sayyid Ibrahim Raisi. Ia mengaku memiliki kabinet bayangan yang aktif selama 10 tahun pada masa pemerintahan Hassan Rouhani.

Jalili memiliki gelar doktor pada jurusan Ilmu Politik dari Universitas Imam Sadiq. Disertasinya yang berjudul “The Paradigm of Political Thought of Islam in the Quran” dibukukan menjadi “Kebijakan Luar Negeri Nabi Muhammad SAW”. Ia adalah dosen tetap mata kuliah “Diplomasi Profetik” serta berbagai mata kuliah ilmu politik lainnya di kampus yang sama. Pada tahun 2009 Jalili masuk dalam daftar 500 muslim paling berpengaruh di dunia.

  1. Sayyid Amir-Hossein Ghazizadeh Hashemi

Hashemi lahir pada 14 April 1971 (usia 53 tahun) di kota Fariman. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Presiden Sayyid Ibrahim Raisi dan kepala Yayasan Veteran dan Syuhada Iran sejak tahun 2021. Sebelum menjadi wakil presiden, Hashemi adalah anggota parlemen Iran sebagai perwakilan Masyhad sejak tahun 2008. Ia pernah menjadi wakil ketua parlemen dan Rektor Universitas Kedokteran Semnan dimana ia sendiri merupakan seorang dokter spesialis THT. Hashemi melaju sebagai kandidat independen dari faksi prinsipalis.

Ini adalah kali kedua Hashemi mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Islam Iran. Sebelumya ia juga melaju pada tahun 2021. Ia berada di urutan keempat dalam pilpres setelah Sayyid Ibrahim Raisi, Mohsen Rezaee dan Abdolnaser Hemmati. Hashemi mengatakan akan berkomitmen melanjutkan program-program Sayyid Ibrahim Raisi.

  1. Masoud Pezeshkian

Pezeshkian lahir pada 29 September 1954 (usia 69) di kota Mahabad. saat ini menjabat sebagai anggota Parlemen mewakili Tabriz, Osku dan Azarshahr sejak tahun 2008. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan dan Pendidikan Medis pada tahun 2001 hingga 2005 pada masa pemerintahan Presiden Mohammad Khatami. Pezeshkian melaju sebagai kandidat independen dari faksi reformis.

Pezeshkian berprofesi sebagai dokter bedah jantung. Ia mendapat spesialisasi bedah dari Tabriz University of Medical Sciences. Ia kemudian mendapatkan subspesialisasi di bidang bedah jantung dari Iran University of Medical Sciences. Pezeshkian juga merupakan pengajar Al-Quran dan Nahjul Balaghah.

Pezeshkian merupakan tokoh yang vokal menyuarakan kritik pada pemerintahan terutama pada demonstrasi besar pasca pilpres 2009 di Iran. Ia juga mengkritik metode yang diterapkan pemerintah dalam menertibkan demonstrasi pada tahun 2018 dan menyebutnya “salah baik secara saintifik maupun intelektual”. Ia juga pernah membuat pernyataan kontroversial mengenai imigran Afghan dengan mengatakan akan melarang masuknya imigran dari Afghanistan apabila terpilih sebagai Presiden.

  1. Alireza Zakani

Zakani lahir pada 3 Maret 1966 (usia 58 tahun) di kota Rey. Saat ini ia menjabat sebagai Walikota Teheran sejak tahun 2021. Sebelumnya ia adalah anggota parlemen mewakili Teheran, Rey dan Islamshahr pada periode 2004-2016 dan  Qom pada periode 2020-2021. Zakani adalah pemilik media Jahan News dan majalah mingguan Panjereh. Ia mengepalai Majlis Research Center yang merupakan pusat penelitian dan think-tank milik parlemen Iran. Zakani melaju diusung partai Jam’iyat-e Rahpooyan-e Enghelab-e Eslami dari faksi prinsipalis.

Zakani berprofesi sebagai dokter serta associate professor spesialis kedokteran nuklir di rumah sakit Imam Khomeini (qs) dan Valiasr Medical Complex di Teheran. Ia juga merupakan anggota dewan ilmiah Teheran University of Medical Sciences. Meski begitu, Zakani merupakan orang yang sangat aktif di pentas politik. Para pendukung Zakani menyebutnya dengan julukan “Tank Revolusi” karena ke-vokal-annya dalam membela inisiasi serta gagasan faksi prinsipalis serta mengkritisi reformis.

Ini kali keempat Zakani mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Islam Iran. Pada tahun 2013 dan 2017 ia tidak lolos uji kelayakan sebagai calon Presiden. Ia akhirnya lolos pada tahun 2021 namun mengundurkan diri sesaat sebelum pemilu dan menyerahkan dukungannya pada Sayyid Ibrahim Raisi.

  1. Mohammad Bagher Ghalibaf

Ghalibaf lahir pada 23 Agustus 1961 (62 tahun) di Torqabeh. Saat ini Ghalibaf menjabat sebagai Ketua Parlemen Republik Islam Iran sejak 2020. Sebelumnya Ghalibaf merupakan Walikota Teheran sejak tahun 2005 sampai 2017. Ia menjabat anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara pada tahun 2017 hinga 2020. Sebelum menjadi walikota Teheran, ia menjabat Kepala Polisi Republik Islam Iran pada tahun 2000 hingga 2005. Ghalibaf melaju diusung partai Jam’iyat-e Pishraft va Edalat-e Iran-e Eslami dari faksi prinsipalis.

Ghalibaf dulunya adalah seorang pilot. Ia juga aktif di militer sejak tahun 1980. Saat ini Ghalibaf merupakan seorang purnawirawan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Sepanjang karir militernya ia menempati berbagai posisi dalam Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC). Ia juga dikenal sebagai tiga bersahabat bersama Jenderal Qasem Soleimani dan Ahmad Kazemi. Ia sempat menjadi Direktur Mabes Khatam Al-Anbiya milik IRGC sebelum akhirnya dilantik menjadi Komandan Angkatan Udara IRGC oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Sayyid Ali Khamenei pada tahun 1996.

Ini kali keempat Ghalibaf mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Islam Iran. Pada tahun 2005 ia berada di posisi keempat. Pada tahun 2013 ia menempati posisi kedua setelah Hassan Rouhani. Ia kembali melaju pada tahun 2017 namun mengundurkan diri sesaat sebelum pilpres dan menyerahkan dukungannya untuk Sayyid Ibrahim Raisi.

  1. Mostafa Pourmohammadi

Pourmohammadi lahir pada 9 Maret 1960 (usia 64 tahun) di kota Qom. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Sejarah dan Pengarsipan Revolusi Islam Iran. Sebelumnya, Pourmohammadi pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun 2005-2008 dan Menteri Peradilan pada Iran tahun 2013-2017. Ia juga pernah menjabat sebagai Inspektur Jenderal Negara pada tahun 2008-2013.

Sebelum tahun 2000 Pourmohammadi pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Eksternal Kementerian Intelijen Iran pada tahun 1990-1997. Ia kemudian menjadi plt. Menteri Intelijen pada tahun 1997-1999. Ia melaju diusung partai Jame’e Rowhaniyyat-e Mobarez dari faksi prinsipalis.

Pourmohammadi merupakan seorang santri Hauzah Ilmiyyah. Ia menyelesaikan Sath 4 di bidang fiqh dan peradilan yang merupakan tingkat tertinggi dalam pendidikan Hauzah yang setara dengan doktoral. Sebelum terjun ke politik, Pourmohammadi merupakan seorang Jaksa di berbagai provinsi seperti Khuzestan, Hormozgan, Kermanshah dan Khorasan. Ini merupakan kali kedua Pourmohammadi mencalonkan diri sebagai Presiden. Pada tahun 2013, ia mengundurkan diri sesaat sebelum pilpres dan memberikan dukungannya untuk Manouchehr Mottaki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *