Madrid, Purna Warta – Kematian wanita Iran berusia 22 tahun Mahsa Amini adalah tragedi besar dan memicu protes kemarahan di seluruh negeri. Pihak berwenang Iran, sejak hari pertama, telah menolak laporan penganiayaan, dan menyatakan tidak ada kontak fisik antara wanita yang meninggal dan petugas polisi, bahkan secara medis dia menderita serangan jantung ketika ada dalam ruang pembinaan hijab di kantor polisi moral.
Untuk mendukung klaim tersebut, pihak berwenang merilis rekaman CCTV Amini di dalam kantor polisi, yang dengan jelas menunjukkan wanita muda itu pingsan di lantai dan kemudian dipindahkan ke rumah sakit.
Baca Juga : IRGC Luncurkan Serangan Artileri ke Pangkalan Teroris di Irak Utara
Di sisi lain, saksi mata yang tidak terverifikasi dan tidak dikenal mengklaim Amini dipukuli oleh petugas di dalam mobil polisi, yang menurut mereka menyebabkan serangan jantung.
Direktur Jenderal Kedokteran Forensik di Tehran, bagaimanapun, menyatakan bahwa “tidak ada tanda-tanda patah tulang tengkorak, pendarahan, atau pecahnya organ dalam Amini”.
Terlepas dari semua bukti yang menunjukkan kematian alami Amini, pihak berwenang di Iran telah meluncurkan serangkaian penyelidikan untuk memastikan penyebab kematiannya yang terjadi secara misterius.
Presiden Ibrahim Raisi adalah orang pertama yang menginstruksikan kementerian dalam negeri untuk menyelidiki insiden tersebut. Dia juga berbicara dengan keluarga Amini dan menyampaikan belasungkawa. Mohseni Ejei, hakim agung Iran, meminta badan peradilan untuk “menyelidiki secara menyeluruh” kasus tersebut. Mohammad Bagher Qalibaf, ketua parlemen, mengumumkan bahwa badan legislatif akan melakukan penyelidikan independen.
Sangat jelas bahwa pihak berwenang tidak berusaha menyembunyikan kematian atau mencoba menutupinya. Jelas juga bahwa mereka memahami beratnya masalah ini dan hak orang untuk mengetahui kebenaran.
Baca Juga : Iran Akan Tanggapi Secara Proporsional Terhadap Keputusan Ukraina Untuk Menurunkan Hubungan
Kebenaran tampaknya hanya dapat diakses oleh makhluk yang diberkahi dengan kualitas rasionalitas, pemikiran kritis, dan modernitas. Akan tetapi pemberitaan hoax bukan sesuatu yang alami tetapi karya dari paradigma Orientalis.
Orientalisme berpendapat bahwa episteme Eurosentris bersifat universal dan tanpa masalah dapat digunakan untuk memahami fenomena non-Barat. Itulah bagian dari penjelasan mengapa orang tidak bisa percaya pada narasi Republik Islam Iran. Ini adalah bias politik-epistemis.
Keadilan (adl dalam Quran) sangat penting dalam tata bahasa Islam sehingga setiap pemerintahan yang ingin dilihat sebagai Islam harus adil sebagai proses yang tidak pernah berakhir.
Karena itulah keadilan harus dan akan menang dalam kasus Mahsa Amini. Islam ada Karena kebenaran, keadilan, dan pemikiran kritis adalah ciri-ciri esensial dari sebuah pemerintahan Islami. Sebuah badan politik Islami yang tidak lagi mengikuti jejak ideologi Barat.
Barat tidak lagi menjadi pusat normatif meskipun ada upaya untuk merendahkan mereka yang berani mempercayai narasi non-hegemonik.
Baca Juga : Menlu Iran: AS Kirim Pesan ke Iran Dalam Beberapa Hari Terakhir
Xavier Villar memiliki gelar Ph.D. dalam Studi Islam dan peneliti yang membagi waktunya antara Spanyol dan Iran.