Oleh Humaira Ahad
Potret-potretnya yang indah dan menghantui menangkap kedalaman kehilangan yang disaksikan warga Palestina setiap hari di Gaza di tengah perang genosida yang sedang berlangsung yang dilancarkan oleh rezim Israel dengan menggunakan senjata buatan AS.
Tujuannya adalah untuk melestarikan kenangan para martir yang terbunuh dalam perang genosida, agar mereka yang menyumbangkan darah mereka untuk perjuangan Palestina tidak hanya menjadi statistik yang dingin.
Dina Khaled Zaurub menggambar wajah warga Palestina yang dibunuh tanpa ampun oleh tentara Israel.
Zaurub mendokumentasikan kekejaman genosida rezim Tel Aviv melalui karya seninya. Namun, pada tanggal 12 April, ia juga bergabung dengan para martir yang ia abadikan dengan kerja keras.
Ia tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan kamp pengungsi yang terletak di sebelah barat Khan Yunis di Gaza selatan, tempat ia dan keluarganya berlindung.
Zaurub tewas bersama anggota keluarganya.
Kematian tragis seniman muda Palestina ini diratapi oleh banyak aktivis hak asasi manusia dan seniman. Kementerian Kebudayaan Palestina menggambarkan Zaurub sebagai wanita muda berbakat yang hidupnya berakhir karena perang.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian menyampaikan belasungkawa kepada keluarganya dan komunitas budaya di wilayah yang dilanda perang, menyebut kematiannya sebagai bagian dari genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Wanita berusia 22 tahun itu adalah seniman muda terkemuka di wilayah yang terkepung itu. Potret-potretnya tentang orang-orang Palestina yang dibunuh oleh tentara rezim itu dipuji di seluruh Gaza dan bahkan dipuji oleh banyak orang di seluruh dunia. Menggambar adalah cara Zaurub untuk menghormati orang-orangnya yang menjadi martir selama perang genosida Israel yang sedang berlangsung terhadap orang-orang Palestina di Gaza.
Dina Khaled Zaurub membawa potret Khaled Nabhan.
Sebelum dimulainya perang genosida Israel di wilayah yang dikepung pada Oktober 2023, Zaurub memiliki karier yang menjanjikan. Ia mengkhususkan diri dalam seni potret. Setelah perang, yang menewaskan banyak teman dan kenalannya, ia menggunakan seninya untuk mendokumentasikan kekejaman entitas Zionis.
Zaurub menerima beberapa penghargaan dan pujian atas karyanya. Seniman yang tinggal di Gaza ini memenangkan Penghargaan Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan pada tahun 2015 untuk gambar terbaik yang mewakili hak-hak anak selama konflik bersenjata.
Kementerian Pendidikan Palestina juga mengakui upayanya untuk menyoroti penderitaan pendudukan melalui seninya. UNRWA juga memuji seniman muda Palestina tersebut atas karyanya.
Zaurub menggunakan akun media sosialnya, terutama halaman Facebook-nya, untuk berbagi karyanya dengan dunia. Profil Facebook-nya memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan yang dijalaninya sebelum perang genosida menghancurkan Gaza.
Foto-fotonya menunjukkan dirinya sebagai seorang wanita muda yang mendambakan kehidupan yang penuh dengan seni dan kebahagiaan. Linimasa media sosial Zaurub dipenuhi dengan foto-foto potret dirinya dan kerja sukarelanya bersama anak-anak yatim Palestina.
Postingan terakhir seniman Palestina tersebut adalah pada tanggal 12 April, hari ketika ia menjadi martir oleh tentara Israel. Postingan tersebut memperlihatkan dirinya mengenakan gaun berwarna lavender, duduk dengan tenang di sebuah kafe tepi pantai. Zaurub menulis dalam keterangan foto, “semuanya tentang kelembutan”, yang menggambarkan hati penuh kasih yang dimilikinya.
Dina Khaled Zaurub dengan beberapa karya seninya yang terkait dengan genosida di Gaza.
Dalam sebuah posting Facebook pada tanggal 15 Januari, Zaurub terlihat memegang gambar Khaled Nabhan, yang dikenal luas sebagai kakek tercinta Gaza setelah sebuah video menjadi viral yang memperlihatkan dirinya berduka atas pembunuhan cucunya Tariq dan cucu perempuannya Reem, yang ia panggil dengan sayang “Ruh al Ruh”.
Anak-anak tersebut tewas akibat serangan udara Israel di Deir al Balah pada November 2023. Nabhan tewas pada Desember 2024 ketika tentara rezim mengebom kamp pengungsi Nuseirat di Gaza.
“Semoga Tuhan mengasihanimu Ahmed, kau adalah sahabat terbaik, Tuhan adalah saksi, kau selalu mengatakan padaku bahwa aku akan menemuimu, pelukis terbaik dari Gaza, kau meninggalkan Ahmed sebelum aku mewujudkan mimpiku. Aku bersumpah ini terlalu dini, sahabatku,” Zaurab memberi keterangan pada foto yang menunjukkan dirinya memegang potret jurnalis Palestina Ahmed Hisham Abu al-Rous, yang menjadi martir dalam serangan udara Zionis di kamp al-Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah.
Al-Rous adalah pemenang “Palestine Special: Citizen Journalist Award” di Festival Media Internasional Sobh kedua yang diselenggarakan oleh World Service milik Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB).
Entitas Zionis telah membunuh puluhan akademisi, penulis, intelektual, dan seniman di Gaza dalam 19 bulan terakhir. Total korban tewas warga Palestina yang terbunuh sejak 7 Oktober 2023 hampir mencapai 52.000, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Sebagian besar kisah mereka masih belum terungkap karena Israel terus membombardir wilayah pesisir tersebut.