Duta Israel di Jerman: Ada yang Kosong dalam JCPOA, Harus Segera Dipenuhi

Israel

Purna Warta – Jeremy Issacharoff, Duta Israel di Jerman, dalam wawancaranya dengan media Berlin menjelaskan tujuan Israel mencegah Iran agar tidak mendapatkan senjata nuklir.

Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Duta Israel, Issacharoff membahas indikasi Joe Biden kembali ke JCPOA dan menyatakan, “Saya melihat yang paling urgen dari pernyataannya (Biden) pada hari Kamis sore adalah ia mengingatkan bahwa kesimpulan akhir adalah mencegah Iran agar tidak meraih senjata nuklir.”

“Ini adalah tujuan utama kita semua. Jerman, saya kira juga begitu dan negara 5+1 beserta resolusi JCPOA juga demikian. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa merealisasikannya? Yang kami lihat dalam beberapa bulan yang lalu bahwa ada satu kebijakan Iran yang melangkahi perjanjian, khususnya masalah kuantitas pengayaan uranium, tingkat pengayaan dan penggunaan centrifuge canggih dan secara umum aktifitas instabilitas Iran di Timteng.”

Issacharoff mengklaim, “Ada beberapa kekosongan dalam resolusi nuklir ini, yang harus segera dipenuhi. Kebijakan-kebijakan Iran dalam merongrong stabilitas Timur Tengah, program rudal dan pelanggaran syarat-syarat yang tertera dalam JCPOA, semua ini tidak memberikan jaminan kepada kita akan realisasi resolusi.”

Deutsche Welle menanyakan, apa yang memberikan jaminan bagi Israel? Duta Israel menjawab, “Di AS transisi kepemimpinan sedang berlangsung. Pemerintah baru AS harus membantu masalah ini. Penentuan tim politik, yang harus dimusyawarahkan dengan sekutu Eropa dan Israel, akan menyita waktu yang cukup lama.”

Jadi Anda mengakui bahwa JCPOA belum mati? Tanya Deutsche Welle.

“Kami butuh pada diplomasi positif, yang bisa mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir. Dalam pandangan saya pribadi, kerja seperti ini butuh pada musyawarah panjang, yang akan dilakukan pada minggu dan bulan-bulan ke depan sampai menciptakan satu politik berpengaruh dan aktif sehingga menjamin tujuan di atas,” jawab Duta Israel untuk Jerman.

Deutsche Welle juga menanyakan, adakah peran tangan rezim Zionis dalam teror Mohsen Fakhrizadeh?

Jeremy Issacharoff sedikit mengelak dan mengklaim, “Iran mengecam Israel atas semua masalah yang melilit Timteng. Jadi menurut saya, yang terpenting sekarang adalah melihat bagaimana reaksi Iran.”

Mengenai hubungan Joe Biden dan Israel, Issacharoff menjelaskan, “Dua kali saya bekerja untuk Washington. Saya juga menemui Joe Biden. Saya lihat, Biden adalah sahabat baik Israel. Saya fikir bahwa setiap pemerintahan baru harus melanjutkan kerjasama dengan Israel. Saya melihat mereka juga mendukung normalisasi Israel (dengan Emirat dan Bahrain), begitu juga kerjasama Israel-Mesir dan Yordania. Joe Biden telah membentuk tim kuat untuk politik luar negeri, yang sebelumnya memiliki hubungan dengan Kami.”

Jeremy Issacharoff sedikit mengelak dan tidak menjawab secara langsung pertanyaan tentang kemungkinan peran Israel dalam teror ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fahrizadeh.

Sementara pada hari Jumat, Eli Cohen, Menteri Intelijensi Israel, mengakui secara emplisit dan mengatakan, “Akan terjadi lebih banyak teror ilmuwan nuklir Iran.”

Begitu juga New York Times melalui tiga nara sumber intelijensinya menunjuk Israel sebagai otak di balik teror ilmuwan Mohsen Fakhrizadeh.

Juga CNN, dalam laporan terbarunya menjelaskan, “Rezim Zionis di balik aksi terorisme atas ilmuwan nuklir kondang Iran.”

Baca juga: Tentara Israel Serang Kumpulan Demonstran Palestina, Puluhan Luka-luka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *