Purna Warta – Israel menerjang semua kaedah dan Minggu, 29/5, mereka menjadwalkan demonstrasi Bendera. Satu hal yang merupakan langkah sangat berbahaya dan mengancam situasi keamanan dari segala sisi, bahkan mungkin membuka satu medan perang baru yang tidak ada satupun pihak yang bisa memprediksikan akhirnya.
Baca Juga : Pemukim Zionis Gelar Aksi Provokatif Jelang Pawai Bendera
Rai al-Youm, surat kabar kondang dunia Arab, mengupas kebijakan rezim Zionis tentang demonstrasi bendera dan menuliskan, “Minggu, 29 Mei, telah dijadwalkan satu demonstrasi beristilahkan Demonstrasi Bendera dari Bab al-Amoud melewati lorong-lorong kuno al-Quds hingga tembok al-Buraq di bawah tajuk menemukan pemerintahan yang hilang dengan mengangkangi semua peringatan Palestina tentang bahaya tindak provokasi ini berikut efeknya.”
Rezim Zionis sangat memaksa untuk menyelenggarakan demo dan Benny Gantz, Menhan Israel menegaskan bahwa demo ini akan diselenggarakan seperti biasanya. Dalam siaran radio, Menhan meminta semua pihak, termasuk kelompok-kelompok Israel untuk bertanggungjawab menghadapi masalah sensitif ini. Jadi meskipun konflik di Bab al-Amoud terus berlangsung, demonstrasi akan tetap dilakukan di tengah peringatan kelompok-kelompok Palestina.
Baca Juga : Ketika Normalisasi Masuk Dalam Agenda Visi 2030 Saudi
Rezim Pendudukan Mencari Obat Penawar Kekalahan Tahun Lalu
Demonstrasi bendera tahun ini sangat pro-kontra, karena di saat yang sama, ekstrimis Israel bermaksud untuk menggeruduk Masjid al-Aqsa dan memeriahkan demonstrasi bendera di sana demi membayar kekalahan tahun kemarin yang dibalas dengan rudal Muqawamah.
Kota al-Quds, sejak Israel mendeklarasikan diri sebagai negara 14 Mei 1948, terbagi menjadi dua. Bagian barat dikuasai rezim buatan ini dan bagian timur menjadi kuasa Yordania. Akan tetapi karena kekalahan Arab dalam perang 1967, al-Quds timur-pun menjadi bagian dari wilayah barat. Dan mereka merayakan hari itu dengan istilah hari Yerusalem.
Tahun lalu, hari Yerusalem bertepatan dengan Ramadhan, tepatnya tanggal 28 Ramadhan. Tanggal tersebut adalah pekan hari Quds dunia inovasi Pemimpin Revolusi Iran Imam Khomeini. Mereka, para Yahudi ekstrim menyerang Masjid al-Aqsa sehingga mendapatkan respon keras dari pihak Muqawamah Palestina dan dimulailah perang Seif al-Quds. Mereka kalah dan merekapun mengundur hari Yerusalem yang biasa dirayakan di bawah struktur demonstrasi bendera.
Baca Juga : Kunjungan Joe Biden ke Korsel; Pesan Nuklir Korea Utara
Pesan Israel: Kami Tidak Ingin Menyulut Situasi
Chanel 13 tv Israel melaporkan bahwa melalui pelantara Qatar dan intelijen Mesir, Israel mengirim pesan kepada Hamas bahwa mereka tidak ingin memperparah konflik. Demonstrasi bendera hanyalah satu perayaan biasa yang dilakukan setiap tahun.
Meskipun di saat yang sama mereka menegaskan bahwa mereka siap melawan setiap aksi bersenjata Gaza.
Salah satu pakar urusan Israel, Saed Bsharat menyatakan, “Demo ini akan dilakukan di tengah situasi panas, baik di Palestina maupun lainnya. Sayap Kanan kembali ingin membuktikan diri dan para pengikut mereka secara sengaja membakar bendera Palestina di beberapa kesempatan.”
“Banyak yang menyadari bahwa sosial umum Palestina sekarang ini selalu berbicara mengenai keruntuhan Israel. Sementara di lain pihak, para Hakham Yahudi menuntut serangan ke tempat paling suci dan sakral ibadah Muslim di al-Quds,” tambahnya.
Baca Juga : Kunjungan Presiden Iran ke Oman di Mata Para Analis Muskat
Mengenai skenario demonstrasi bendera tahun ini, Bsharat memprediksikan, “Demo ini akan lebih keras dari demo tahun kemarin.”
“(Ditakutkan) Para ekstrimis membangun satu skenario semu, di mana mereka ingin mengaplikasikannya di tengah demo bendera. Itu adalah para demonstran menyerbu salah satu gerbang Masjid al-Aqsa. Setelah polisi lepas kontrol situasi, mereka akan menyerang dan melangsungkan perang agamis, bahkan militer Israel akan terjun,” jelasnya mengindikasikan skenario paling buruk.
Bagaimana Perang akan Terjadi?
Sambil menyindir tingkah kekanak-kanakan petinggi Israel, Haaretz mengindikasikan medan perang baru versus Muqawamah Palestina di Jalur Gaza dan menuliskan, “Israel dengan mata terbuka berjalan ke operasi Haris al-Aswar jilid II. Tidak ada orang baligh atau dewasa bertanggungjawab yang tidak akan mencegah bahaya ini, tidak di tingkat pemimpin politik dan tidak pula di tingkat petinggi eksekutif.”
Operasi Haris al-Aswar adalah istilah yang dibawakan Israel dalam menyebut perang tahun kemarin versus Gaza. Adapun kelompok Palestina menyebut perang responsifnya dengan pedang Quds atau Seif al-Quds.
Bahkan dalam laporannya ini, Haaretz membawakan peringatan keras Ismail Haniyeh, Kepala Kantor Politik Hamas dan menulis, “Muqawamah tidak akan membiarkan demonstrasi ini.”
Baca Juga : Pemilu Lebanon; Aliran Uang Asing dan Jejak Intervensi AS-Saudi
“Sangat memalukan sekali, kami mengira Wakil sayap Kiri di Departemen Keamanan Nasional akan merubah dan sepertinya kesempatan Menteri-Menteri sayap kiri telah berakhir untuk membuktikan janjinya. Bahkan Benjamin Netanyahu, eks PM Israel, tidak mengizinkan demo melewati Bab al-Amoud meskipun terlambat,” tambahnya.
“Jika Omer Barlev, Menteri Keamanan Nasional, tidak mampu menutup bahaya ini, kami berharap PM Naftali Bennet bangun tidur dan memerintahkan untuk merubah keputusan ini lalu mengakhiri kegilaan ini demi kepentingan umum bangsa,” sindir Haaretz.