lanjutan dari: Tentara AS ini Bocorkan Rahasia Souda Bay dalam Invasi Israel ke Gaza [Bagian 1]
Crete, Purna Warta – Situasi seperti ini menambah panjang daftar pemberontakan perwira Amerika Serikat terhadap peperangan dan operasi militer yang dilakukan di berbagai tempat di dunia. Para perwira dan veteran-veteran itu membentuk gerakan Veterans Against the War yang mayoritas diisi oleh veteran perang Vietnam, Irak dan Afghanistan. Mereka aktif mengungkapkan berbagai rahasia kelam aktivitas militer AS yang ditutup-tutupi dari publik serta mengelola berbagai aksi untuk menolak perang dan intervensi militer AS di dunia.
Baca Juga : Tentara AS ini Bocorkan Rahasia Souda Bay dalam Invasi Israel ke Gaza [Bagian 1]
“Gaza tak lain adalah Hiroshima dan Nagasaki yang baru” ujar mereka. Menurut laboratorium nasional Los Alamos Amerika Bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 silam berkekuatan 15.000 ton TNT. Sedang badan pengawas HAM internasional Euro-Med Human Rights Monitor mengatakan setidaknya Israel telah menjatuhkan lebih dari 25.000 ton bahan peledak di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, dimana angka ini setara dengan dua bom nuklir.
Pangkalan Souda Bay
Souda Bay adalah pangkalan militer Amerika Serikat yang terletak di pulau Crete, Yunani. Misi utama pangkalan ini adalah support terhadap operasi militer yang dilakukan oleh CENTCOM, AFRICOM dan EUCOM. Pangkalan ini juga menjadi markas komando pusat US Navy (angkatan laut AS), US Air Force (angkatan udara AS) serta NATO. Pangkalan ini menjadi pusat kendali kapal induk-kapal induk AS yang berada di perairan sekitarnya.
Media lokal Yunani Greekreporter melaporkan bahwa AS mengirimkan lusinan pesawat tempurnya ke pangkalan Souda Bay sebagai bentuk sikap terhadap invasi Israel ke Jalur Gaza. CNN dalam laporan ekslusifnya bahkan mempublikasikan sejumlah foto yang menunjukkan setidaknya 7 unit tanker terbang, 10 pesawat C-130, 1 pesawat KC-135, 1 Boeing P-8 Poseidon dan sebuah pesawat bomber AC-130 yang dijuluki ‘Malaikat Maut’ sudah bersiaga di pangkalan tersebut.
Di sisi lain, pemerintahan Yunani mendukung Israel namun penduduk Yunani membela rakyat Palestina serta mengecam invasi ke Jalur Gaza. Namun penduduk Yunani secara historis selalu mendukung perjuangan bangsa Palestina melawan pendudukan Israel. Aksi-aksi ini semakin menguat semenjak 7 Oktober.
Invasi Israel ke Gaza juga berakibat kemarahan dan penentangan warga Yunani terhadap keberadaan militer AS di negara mereka. Karena mereka yakin bahwa tanahnya digunakan untuk membantu Israel menjalankan kejahatan perangnya di Jalur Gaza. Kenyataan ini justru semakin membuat publik Yunani semakin geram dan semakin menuntut pengusiran keberadaan militer AS di wilayahnya.
Tuntutan masyarakat ini ditengarai dapat mendesak pemerintah Yunani untuk meninjau kembali hubungan aliansi militernya dengan AS, terutama setelah terbongkarnya keterlibatan pangkalan militer Souda Bay dalam agresi Israel ke Gaza. Ini akan menjadi pertaruhan pemerintah Yunani antara kepentingan geopolitik dan sentimen publiknya.
Kejahatan Perang Israel di Gaza Sejak 7 Oktober
Saat ini setidaknya sudah ada 5 negara yang mendesak Mahkamah Pidana Internasional -disingkat ICC (International Criminal Court) untuk menginvestigasi kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. 5 negara tersebut adalah Afrika Selatan, Bangladesh, Bolivia, Comoros dan Djibouti.
Baca Juga : Tiongkok Jadi Tuan Rumah bagi Negara-negara Muslim untuk Ambil Tindakan Mendesak terhadap Gaza
Amnesti Internasional selain menuntut adanya penyelidikan ICC terhadap kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, juga menuntut penyelidikan atas kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk apartheid terhadap bangsa Palestina di seluruh wilayah pendudukan.
Sekjen Amnesti Internasional, Agnes Callamard mengatakan bahwa blokade ilegal israel selama 16 tahun membuat Gaza menjadi penjara bak terbuka terbesar di dunia. Ia menyeru komunitas internasional untuk bertindak untuk mencegah Gaza berubah menjadi pemakaman raksasa.
Israel telah melakukan sederet kejahatan perang yang dilarang berdasarkan pada konvensi Jenewa. Tindakan tersebut mulai dari hukuman kolektif, blokade total termasuk pencegahan terhadap masuknya suplai kebutuhan pokok seperti makanan, minuman dan obat-obatan, pengusiran paksa, penggunaan bom kimia fosfor putih, serangan acak, serangan terhadap rumah sakit, pasar, kamp pengungsian, sekolah, fasilitas kemanusiaan milik badan internasional seperti sekolah UNRWA, serangan terhadap jurnalis, penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap tahanan, pembunuhan terhadap warga sipil bahkan terhadap mereka yang mengibarkan bendera putih dan genosida.
Data terkini dari kantor urusan kemanusiaan PBB (OCHA) per 7 November mengatakan bahwa serangan Israel setidaknya telah menyebabkan kerusakan sebagai berikut:
- 220.000 unit tempat tinggal rusak, 40.000 di antaranya hancur total
- 278 fasilitas pendidikan rusak
- 270 fasilitas kesehatan diserang, 18 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi, 51 dari 72 klinik besar tidak berfungsi. Power generator di rumah sakit Al-Shifa dan rumah sakit Indonesia tidak berfungsi.
- 69 tempat ibadah diserang termasuk masjid dan gereja
- 45 ambulans menjadi target – 57 ambulans rusak dan karena tidak cukup bahan bakar akhirnya tidak berfungsi
- 11 toko roti yang merupakan makanan pokok warga Gaza hancur total
Hamas menyebutkan 7 dari tawanan Israel terbunuh dalam serangan membabi buta Tel Aviv 3 di antaranya adalah pemegang paspor asing. - 1,7 juta warga Palestina mengungsi, lebih dari 11.500 korban meninggal termasuk wanita dan 5.500 anak-anak
“Angka korban meninggal dari kalangan sipil termasuk perempuan dan anak-anak dalam perang ini semakin hari semakin mengerikan dan tidak bisa diterima. Kengerian ini harus segera berhenti. Saya menegaskan kembali seruan saya untuk gencatan senjata demi kemanusiaan” ujar Sekjen PBB, Antonio Guterres.
Israel selalu menggunakan narasi ‘pembasmian habis Hamas’ namun Elijah Magnier, seorang jurnalis mengatakan bahwa klaim mereka berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi di lapangan. Ia mengatakan bahwa alasan kenapa Israel menggunakan bom pintar adalah untuk memaksimalkan jatuhnya korban dari kalangan sipil. Hal ini bertujuan untuk menciptakan teror dan ketakutan terhadap seluruh orang Palestina di Gaza dan memaksa mereka untuk eksodus besar-besaran.
Magnier juga mengatakan bahwa blokade total ditambah bombardir bertubi-tubi merupakan tindakan yang jelas-jelas disengaja untuk melaparkan sebuah populasi dan mencegah mereka mendapat layanan kesahatan yang layak. Dengan begitu Israel dapat menggapai tujuannya yang lebih besar yakni membersihkan etnis Palestina dan mendepopulasi Gaza secara menyeluruh untuk kemudian diduduki.
Baca Juga : Militer Myanmar Perintahkan PNS dan Veteran untuk Bersiap Hadapi Keadaan Darurat
Hingga saat ini belum ada kejelasan apakah tekanan dunia untuk mendesak Israel melakukan gencatan senjata akan berhasil ataukah tidak. Dukungan AS dan Barat terutama Uni Eropa serta keengganan dunia Arab untuk memboikot Israel membuat PM Israel Benjamin Netanyahu pede menegaskan pihaknya akan terus menggempur Jalur Gaza bahkan jika Hamas bersedia menyerahkan tawanan-tawanan Israel kembali. []