Beirut, Purna Warta – Di awal percakapan, Sayid Hassan Nasrullah, Sekjen Hizbullah mengucapkan selamat kepada seluruh umat Kristiani di Lebanon dan dunia atas kelahiran Isa Al-Masih dan awal Tahun Baru, serta pada peringatan kesyahidan Haji Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam dan Abu Mahdi Al-Mohandes dengan menyampaikan belasungkawa kepada mantan wakil kepala Organisasi Al-Hashad al-Shaabi Irak.
Mengenai kemungkinan tindakan dalam beberapa hari mendatang oleh Presiden AS saat ini, Sayid Hassan Nasrullah menyampaikan bahwa semua kemungkinan ada dalam hal ini, terutama karena tipe kepribadian Trump yang memiliki kegilaan hebat, namun semua pernyataan dan tindakannya hanyalah berupa perang psikologis saja dari pihak Amerika Serikat dan rezim Zionis untuk menggertak poros perlawanan.
Dia mengatakan bahwa sikap kewaspadaan harus terus dijaga terutama selama sisa periode kepresidenan Donald Trump. Sayid Hasan Nasrullah mengatakan sebuah fakta bahwa Zionis telah memulai kontroversinya melalui pemberitaan di media selama periode ini akan tetapi tidak ada tindakan nyata di balik kontroversi ini.
Nasrullah menambahkan: “Dengan petunjuk Allah lah yang menunjukkan bahwa Trump kemungkinan akan mengambil sebuah tindakan di sisa-sisa hari kepresidenannya … tentunya jika dia mau menyerahkan kekuasaan.”
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa usaha menargetkan para pemimpin dan komandan Hizbullah adalah tujuan bersama Amerika Serikat dan rezim Zionis, dan bahwa sebuah ancaman dan pernyataan telah dikeluarkan baru-baru ini dari mereka tentang kemungkinan adanya aksi pembunuhan dirinya.
Sekretaris Jenderal Hizbullah mengatakan bahwa dia adalah salah satu target Amerika Serikat dan rezim Zionis baik sebelum Komandan Soleimani mati syahid dan setelah pembunuhannya, dan bahwa upaya itu diintensifkan sebelum pemilihan presiden karena Trump membutuhkan tindakan seperti itu untuk mempengaruhi jumlah perolehan suara pada pemilihan.
Sayyid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa bahkan Arab Saudi termasuk di antara mereka yang mencoba untuk menargetkan dirinya. Dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, meminta mereka melakukan hal yang sama untuknya. “Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa Arab Saudi telah banyak mendorong dan memberikan semangat kepada pihak Amerika Serikat untuk melakukan pembunuhan terhadap saya selama bertahun-tahun, terutama setelah melakukan agresi terhadap Yaman,” katanya.
Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon mengatakan bahwa pembunuhan para komandan Syahid Soleimani dan Al-Mohandis dilakukan dengan cara terang-terangan berbeda halnya dengan pembunuhan para syahid Ammar Mughniyeh dan Mohsen Fakhrizadeh, dan pembunuhan itu merupakan bagian dari rencana trilateral Israel, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.
“Pembunuhan Komandan Soleimani bukan hanya suatu kejahatan yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat saja, tetapi saya yakin bahwa Israel dan Arab Saudi juga terlibat di dalamnya, meski dalam bentuk hasutan kepada Washington untuk melakukan kejahatan ini,” ujarnya.
Sayid Hasan Nasrullah melanjutkan bahwa Syahid Soleimani memiliki kepribadian yang sangat manusiawi dan karismatik serta memiliki kemampuan yang luas untuk mempengaruhi mereka yang tidak mengenalnya.
Dia mengatakan: “Aku merindukannya; di banyak tempat, di hari-hari sulit dan banyak kasus dan permasalahan, dan di hari-hari suka dan duka, saya merasakan tempatnya selalu bersama saya, dan sebelum syahidnya Haj Qassem, saya sangat khawatir tentang dia dan saya mewanti-wantinya berkali-kali.”
Sayyid Hasan Nasrullah mendeskripsikan Haj Qasim sebagai orang yang harus dikenal dan diperkenalkan.
Dia menunjukkan pada karakter Syahid Al-Mohandis dan mengatakan bahwa dia adalah salah satu kepribadian yang sangat dekat dengan Syahid Soleimani dan jika Komandan Soleimani menjadi syahid sendirian, maka Syahid Al-Mohandis akan termasuk di antara mereka yang menunjukkan dampak dan kesedihan paling besar dari kejadian ini; Karena mereka sangat dekat.
“Abu Mahdi adalah salah satu tokoh yang merupakan salah satu kandidat perdana menteri pada saat itu, tapi dia memilih untuk berada di medan lapangan,” kata sekretaris jenderal Hizbullah Lebanon.
Sayid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa peran Al-Mohandis dalam perlawanan Irak terhadap pendudukan Amerika di Irak sangatlah penting dan mereka dipaksa untuk meninggalkan negara itu walaupun hal itu tidak sesuai dan bertentangan dengan keinginan Amerika Serikat itu sendiri.
Dia mengatakan bahwa dalam banyaknya keadaan yang sulit, mereka terpaksa meninggalkan Irak dan memohon kepada Syahid Soleimani untuk membantunya.
Syahid Soleimani dan Quds
Mengenai apa yang telah dilakukan Syahid Soleimani untuk Al-Quds, Sayid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa dia mendukung kelompok poros perlawanan Palestina dan mempersatukan mereka untuk menghadapi musuh Zionis.
Dia mengatakan mengenai peran penting Komandan Shahid Soleimani dalam melengkapi kelompok-kelompok poros perlawanan dengan persenjataan dan mentransfer teknologi rudal dan roket ke Gaza.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon ketika berbicara mengenai bagaimana Hizbullah memperoleh rudal kornet Rusia dalam perang melawan Israel, dan mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan Suriah telah membeli rudal dengan uangnya sendiri dan Hizbullah telah menggunakannya dalam perang melawan Zionis. Menurutnya, Syahid Soleimani termasuk di antara mereka yang meminta pengiriman rudal tersebut disalurkan kepada kelompok poros perlawanan di Gaza. Haj Soleimani tidak pernah lupa dan lalai untuk mendukung kelompok poros perlawanan Palestina.
Sayyid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad secara pribadi setuju untuk membeli dan mengirimkan rudal buatan Rusia ini kepada pihak Hamas dan gerakan Jihad Islami Palestina di Gaza.
“Semua orang tahu bahwa Haj Qasim dan saudara-saudaranya di Republik Islam Iran juga menggunakan hubungan diplomatik untuk membantu poros perlawanan, misalnya, Israel mengebom gudang senjata dan amunisi di Sudan, untuk mereka kirim ke Gaza. Meskipun Sudan tidak berbicara dengan jelas tentang hal itu, tetapi Israel memberitakannya.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah lebih lanjut membicarakan masalah Palestina dan sikap negara-negara Arab terhadapnya dan mengatakan bahwa sebelumnya pengkhianatan penguasa Arab kepada Palestina dan posisi negara-negara Arab Islam ini yang meninggalkan Palestina sendirian untuk melawan musuh Zionis hanyalah bisikan dan pembicaraan di belakang saja tetapi tidak terlihat secara nyata tetapi sekarang sudah terungkap dengan jelas bahwa para penguasa ini mulai menormalisasi hubungan mereka dengan rezim ini dan mengakui bahwa mereka telah menjalin hubungan rahasia dengan Tel Aviv selama bertahun-tahun.
Dia mengatakan bahwa satu-satunya dalil pembenaran bagi negara-negara Arab seperti Arab Saudi dan UEA untuk memiliki hubungan dengan Israel adalah (untuk melawan) Iran, tetapi kenyataan sebenarnya adalah bahwa Palestina bagi mereka adalah beban yang ingin mereka singkirkan; Karena sebenarnya mereka mengikuti Amerika Serikat, dan itu secara alami membuat mereka bekerja sama dan melakukan normalisasi dengan Tel Aviv.
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa Hizbullah memandang normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dengan rezim Zionis sebagai sebuah pasar kemunafikan, sikap bermuka dua, topeng para pengkhianat yang disingkapkan dan pengungkapan realitas sifat yang sebenarnya dari rezim penguasa arab yang berkompromi dengan Zionis.
Sekretaris jenderal Hizbullah berkata: “Mereka membutuhkan biaya untuk membela Palestina hari ini, bahkan hanya sekedar pembelaan berupa kata-kata sekalipun. Ada suatu masa ketika Amerika dan Israel berada di belakang layar memberitahu beberapa rezim Arab untuk mengatakan apa pun yang mereka inginkan [untuk mendukung Palestina dan melawan Israel]. Tetapi hari ini situasinya telah berubah, bahkan membela dengan kata-kata dan ucapan sekalipun membutuhkan biaya.”
Dia berkata bahwa orang-orang Palestina adalah bagian dari 48 saudara-saudara dan kerabat dari poros perlawanan di Lebanon dan hati mereka selalu bersama Hizbullah; Karena mereka berharap bisa menciptakan jendela harapan untuk pembebasan wilayah pendudukan mereka.
Sayid Hassan Nasrullah ketika berbicara mengenai hubungan antara Hamas dan pemerintah Suriah mengatakan bahwa hubungan ini harus dinormalisasi dan dikembalikan lagi ke keadaan sebelumnya, dan bahwa pejabat dan pemimpin Hamas telah membuat pernyataan dan sikap yang baik (dengan membela pemerintahan Suriah) dengan mengutuk serangan udara rezim Zionis di wilayah Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Sekretaris Jenderal Hizbullah mengkritik pendekatan beberapa partai Islam terhadap masalah Islam, Muslim dan Palestina, dengan mengatakan: Arab Saudi menekan Hamas karena mereka adalah Ikhwanul Muslimin, dan orang-orang Saudi dan Emirat melawan Ikhwanul Muslimin di seluruh wilayah dan dunia, akan tetapi Apakah Partai Al-Islah di Yaman, yang merupakan bagian dari kelompok Ikhwan, berjuang dalam barisan mereka melawan Sanaa dan Abdul Malik Al-Houthi dan Ansarullah? Siapa yang berperang di bawah bendera? “Di bawah bendera Saudi dan akhirnya di bawah bendera Amerika.”
Sayid Hasan Nasrullah juga mengatakan tentang latihan kelompok Palestina di Gaza: “Latihan ini merupakan langkah penting yang membuat takut musuh dan menunjukkan kekuatan perlawanan. Haj Qassem dan Pasukan Quds selalu mendukung kelompok poros perlawanan ini walaupun tidak terlihat dan di belakang layar.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon ketika mengaitkan pembicaraannya mengenai peran Komandan Soleimani yang tersebar di media pemberitaan dalam perang melawan ISIS, mengatakan: “Kehadiran Komandan Soleimani dengan perannya di garis terdepan melawan ISIS yang secara tidak disengaja tersebar di media, di mana sebenarnya saya pribadi tidak setuju hal itu (diungkap di media pemberitaan) karena beberapa hal keamanan tentunya, tetapi ketika Syahid Soleimani menjelaskannya kepada saya, pandangan saya berubah, dan justru hal itu akan mendukung poros perlawanan, karena sekarang sudah semakin jelas siapa yang sebenarnya melawan ISIS.”
Dia memuji hubungan baik antara komandan Syahid Soleimani dan pihak para Marja di Irak, dan mengatakan bahwa hubungan baik ini terungkap sangat jelas dan ter buktikan dalam berbagai kasus dan isu penting.
Sayid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa perlawanan Irak dalam menghadapi penjajah Amerika Serikat dan ISIS mendapat dukungan nyata dari Pasukan Quds dan Syahidr Soleimani. Dia melanjutkan: “Militer AS telah mengancam Syahid Soleimani dan Pasukan Quds dengan usaha menargetkan pangkalan mereka di Iran, dan mengatakan bahwa jika dukungan untuk perlawanan Irak ini berlanjut, maka ancaman ini akan menjadi kenyataan, tetapi kenyataannya mereka tidak mampu melakukan hal itu.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon membantah klaim presiden AS yang mengungkapkan pembenaran mengani pembunuhan Komandan Soleimani, dan mengatakan bahwa pembenaran seperti itu tidak benar sama sekali, bahkan salah satu jenderal berkulit hitam Angkatan Darat AS pun telah mengkritik pembunuhan Komandan Soleimani, dengan mengatakan: “Apa yang telah diperbuat kepala pasukan kami di Irak,? Dimana sebagian kita telah menyerang mereka; Bukankah kita ini adalah penjajah di sana dan kita memiliki catatan pembunuhan dan kejahatan dalam dokumen kerja kita?”
Sayyid Nasrullah menekankan peran perlawanan Irak terhadap ISIS, dengan mengatakan bahwa jika bukan karena poros perlawanan, kelompok teroris ISIS akan menguasai wilayah tersebut dan kedutaan besar AS di Baghdad akan berkuasa sekehendak mereka di Irak.
Poros perlawanan tidak akan berakhir dengan teror, dan darah para syuhada tidak akan tinggal diam di muka bumi ini
Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat percaya dengan pembunuhan Syahid Soleimani dan Abu Mahdi al-Mohandis, poros perlawanan akan berakhir, sedangkan kenyataannya poros perlawanan ini tidak terbatas hanya pada satu atau dua orang saja.
Sayid Hassan Nasrullah menyerukan pengadilan yang setimpal bagi mereka yang membunuh para syuhada perlawanan di Irak. Dia menegaskan bahwa “Pembalasan atas pembunuhan Syahid Soleimani dan Al-Mohandis adalah suatu masalah serius hari ini dan besok, darah mereka tidak akan tinggal diam di atas muka bumi ini.”
Dia mengatakan bahwa mereka yang mengatakan bahwa Perang terhadap Suriah dan krisisnya dalam beberapa tahun terakhir merupakan perang dunia ke-3 tidak bisa disalahkan, karena negara itu memiliki banyak musuh di kawasan dan dunia, dan perang melawan Suriah pada hakikatnya adalah keputusan internasional dan regional, dan oposisi serta para kelompok militan adalah instrumennya. Mereka itu sebenarnya adalah musuh, dan penilaian mereka terhadap situasi di Suriah sangat keliru, di lain hal mereka menolak tawaran dialog dan solusi dari pemerintah Suriah.
Tujuan Penggulingan Kekuasaan dan Penggantian Sistem di Suriah
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa tujuan dari upaya perubahan sistem di Suriah adalah untuk menggantikannya dengan sistem yang rapuh dan lemah, dan untuk membenarkan kompromi mereka dengan Israel, dan untuk melepaskan haknya atas Golan yang diduduki, serta untuk mengejar kebijakan penguatan kerja sama dengan Amerika Serikat.
Dia mengatakan bahwa semua tindakan AS terhadap Iran dari mulai sanksi dan ancaman bukan hanya dikarenakan dukungan Republik Islam Iran ini untuk kelompok poros perlawanan di kawasan tersebut, dan yang paling utamanya adalah kelompok Muqawamah Palestina, tetapi bahwa Washington berusaha untuk mendominasi negara dan menjarah sumber dayanya, seperti yang terjadi selama pemerintahan Shah.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa Suriah berada dalam situasi yang sama, dengan target militer bukan karena negara dan dukungan pribadi presiden untuk kelompok poros perjuangan dan perlawanan Palestina saja, tetapi karena Amerika Serikat rakus terhadap sumber energi Suriah.
Jenderal Soleimani Membujuk Putin Untuk Membantu Suriah
Sayid Hassan Nasrullah mengatakan bahwa Rusia awalnya ragu untuk memasuki perang di Suriah, dan Haj Qassem Soleimani, dengan argumen dan karakter karismatiknya, dengan memperlihatkan seluruh peta dan penjelasannya yang nyata dalam pertemuan khususnya dengan presiden Rusia, serta membujuknya untuk ikut membantu melawan teroris dan mencegah jatuhnya pemerintah Suriah, hal ini membuat Putin sendiri yakin akan masukan dari Haj Soleimani.
“Selama pertemuan dua jam itu, Putin mengatakan kepada Haji Qasim bahwa dia yakin akan hal ini,” katanya.
Inilah yang saya dengar sendiri dari Haj Qasim. Lihat, saya sebenarnya tidak ingin bercerita sebuah kisah, tetapi sepenuhnya hal ini adalah real, penuh dengan dalil argumentasi, dan ilmiah. Haji Qassem mampu meyakinkan presiden Putin dengan argumentasi yang kuat dan menjelaskan fakta sebenarnya, dan dia pun dapat menjelaskan hasil dari masuknya Rusia dalam perang Suriah ini. Semua orang sekarang tahu bahwa Rusia lahir dan kembali (jaya) ke dunia ini dari pintu gerbang Suriah.”
Peran Syahid Soleimani dalam perang 33 hari
Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon mengatakan bahwa Syahid Soleimani memainkan peran penting baik dalam perang 33 hari maupun setelahnya, di mana dia meninggalkan Dahiya selama 48 jam hanya untuk menyerahkan laporan, setelah itu dia mengambil tanggung jawab dalam mengembalikan para pengungsi Lebanon dan dia sendiri mengurus pengorganisasian pemukiman mereka.
Nasrullah: Hizbullah Selalu Menepati Janjinya
Sayid Hassan Nasrullah lebih lanjut menekankan keputusan poros perlawanan Lebanon untuk melakukan pembalasan dendam karena pejuangnya yang menjadi syahid dalam serangan udara Israel di pinggiran Damaskus, dengan mengatakan: “Situasi, kekuatan, spiritualitas dan tekad Hizbullah tidak akan pernah berkurang, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Kami selalu menepati janji kami, dan kami akan menanggapi dan membalas dendam atas kesyahidan Ali Mohsen di Suriah.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah memuji kesiapan Hizb-nya tersebut untuk menghadapi musuh Zionis, dengan mengatakan bahwa jumlah rudal yang ditembakkan oleh poros Perlawanan Islam di Lebanon telah berlipat ganda dari tahun lalu dan bahwa setiap target di sepanjang Wilayah Pendudukan Palestina dapat ditargetkan secara akurat.
Dia mengisyaratkan pada kemampuan Hizbullah dalam melawan drone ofensif rezim Zionis di wilayah langit Lebanon, dan mengatakan bahwa rezim tersebut mengetahui bahwa Hizbullah menggunakan senjata yang tepat dan akurat untuk menargetkan drone ini, tetapi hal ini belum mereka publikasikan.
Sayid Hasan Nasrullah menekankan bahwa Hizbullah harus menerapkan persamaan dalam usaha pencegahan terhadap serangan rezim ini dan mengambil alih kembali kekuatan militannya; Karena jika respons dan balasan Hizbullah ini hanya mengenai tank dan kendaraan serta membidik perangkat militer saja, maka hal ini tidak akan menghalangi mereka untuk melakukan kejahatan lagi, dan untuk memulihkan segala kerusakan dengan pembalasan dendam ini membutuhkan kesabaran dalam merespons dengan cara tepat.
Negosiasi Antara Lebanon dan Rezim Zionis Untuk Menentukan Perbatasan
Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon juga mengatakan tentang negosiasi antara negaranya dan rezim Zionis untuk menarik batas perbatasan dua negara dan bahwa pembicaraan ini telah dihentikan untuk saat ini dan saya rasa di zaman Trump ini tidak akan ada kesepakatan yang berarti tentang masalah ini. Kami mengatakan bahwa segala sesuatu yang menjadi hak kami, laut dan tanah, dan pemerintah Lebanon menganggapnya sebagai bagian dari Lebanon, dan itu adalah hak kami.
Sayid Hasan Nasrullah juga mengatakan bahwa alasan penundaan pembentukan pemerintahan di Lebanon adalah karena “Saad al-Hariri”, perdana menteri yang bertugas membentuk kabinet, betul bahwa dalam mencari alasan penundaan pembentukan kabinet, bisa kita lihat salah satunya karena hilangnya kepercayaan masyarakat.
Iran dan Amerika Serikat
Sekretaris Jenderal Hizbullah kemudian menunjukkan situasi di Amerika Serikat setelah kemenangan Biden dalam pemilihan, dengan mengatakan bahwa Iran bukanlah negara yang akan dibeli atau dijual dalam berbagai masalah atau untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat atas nama negara-negara di kawasan itu. Dia juga mengatakan kepada orang Eropa bahwa negosiasi atas nama Yaman atau orang lain di wilayah itu tidak relevan.
“Washington bersikeras untuk mendudukkan Teheran di meja perundingan dan memeriksa kasus yang terjadi di Irak,” katanya. Ketika mereka bersikeras, Iran menjawab, bicaralah dengan Irak, jika mereka mau, kami tidak punya masalah, tetapi dengan dua syarat; “Negosiasi harus dilakukan di hadapan pihak Irak, dan kedua, pertemuan itu harus terbuka untuk umum.”
Sayid Hasan Nasrullah melanjutkan: “Bahkan dalam kasus Suriah, sikap Iran pun sama. Suriah lah yang menjelaskan masalahnya, dan pihak Suriah sendiri yang akan memutuskannya. Hal ini adalah mekanisme dan kebijakan Iran. Jika seseorang di kawasan menunggu solusi dari negosiasi antara Iran dan Amerika Serikat, maka hal itu adalah salah besar, dan jika seseorang menunggu Iran untuk bernegosiasi yang merugikan masalah regional, itu pun salah besar.”
Baca juga: Normalisasi Telah Lempar Munafik dari Barisan Hak, Sekjen Hizbullah