Teheran, Purna Warta – Prestasi strategis dan militer Iran dalam empat bulan pasca-perang 12 hari yang diberlakukan oleh rezim Israel dan AS pada bulan Juni telah melampaui prestasi tahun-tahun sebelumnya, ujar Wakil Presiden Mohammad Reza Aref.
Dalam komentarnya pada hari Selasa, Aref menyatakan bahwa di bawah arahan bijaksana Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, musuh mengupayakan gencatan senjata pada hari kedua belas perang di bulan Juni melalui perantara, dan Iran menerima permintaan tersebut.
Ia mengatakan salah satu hasil utama dari konflik ini adalah mengidentifikasi area-area yang membutuhkan upaya lebih gigih.
“Pencapaian strategis dan militer kami dalam empat bulan pasca-perang tentu saja lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya,” tambah Aref.
Wakil Presiden menekankan bahwa meskipun rakyat harus terus hidup dalam damai dan stabilitas, pusat-pusat akademik, strategis, dan pertahanan negara telah menjalankan tanggung jawab mereka tanpa memerlukan arahan yang eksplisit.
Menurut Aref, situasi dan tingkat kesiapsiagaan Iran saat ini lebih baik daripada sebelum 13 Juni, ketika perang meletus.
Ia menegaskan kembali bahwa meskipun Iran tidak menginginkan perang, Iran tetap sepenuhnya siap untuk mempertahankan diri.
Pada 13 Juni, rezim Zionis melancarkan perang agresi yang tak beralasan terhadap Iran, yang menargetkan wilayah militer, nuklir, dan permukiman selama 12 hari berturut-turut. Amerika Serikat kemudian meningkatkan konflik dengan menyerang tiga situs nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada 22 Juni.
Angkatan Bersenjata Iran memberikan respons yang segera dan tegas. Pasukan Dirgantara Garda Revolusi Iran melancarkan 22 gelombang serangan rudal balasan dalam Operasi True Promise III, yang menimbulkan kerusakan signifikan dan kerugian besar di kota-kota di seluruh wilayah pendudukan.
Sebagai balasan atas serangan AS, pasukan Iran juga menyerang Pangkalan Udara al-Udeid di Qatar—instalasi militer Amerika terbesar di Asia Barat—dengan rentetan rudal.
Konfrontasi berakhir pada 24 Juni, ketika gencatan senjata diberlakukan.


