Wapres Iran: Iran Bukan Ancaman Keamanan tetapi Pelopor Perdamaian

Teheran, Purna Warta – Iran bukan ancaman keamanan bagi kawasan sekitarnya tetapi pelopor upaya perdamaian, sebagaimana dibuktikan dalam kesiapannya yang konstan untuk berdialog guna meningkatkan stabilitas di kawasan tersebut, kata wakil presiden (Wapres) Iran untuk urusan strategis.

Baca juga: Menlu Araqchi Kecam Pernyataan ‘Berani’ Sekjen PBB tentang Iran

“Iran bukanlah ancaman keamanan. Beberapa pihak mencoba menampilkan Iran sebagai ancaman keamanan dan menggunakan alat-alat seperti Iranophobia dan Islamophobia untuk membenarkan tindakan mereka terhadap orang-orang yang tidak bersalah, termasuk di Gaza. Namun, klaim-klaim ini tidak memiliki dasar yang nyata,” kata Mohammad Javad Zarif.

Berbicara kepada pembawa acara GPS CNN Fareed Zakaria di Forum Ekonomi Dunia ke-55 di Davos pada hari Rabu, Wapres Iran tersebut menyatakan bahwa komitmen Iran terhadap perdamaian regional tercermin dalam tawarannya untuk berdialog.

“Iran selalu siap untuk berdialog dan bekerja sama dengan negara-negara regional. Usulan kami untuk membentuk mekanisme dialog regional yang disebut ‘Forum Dialog Asia Barat’ mencerminkan komitmen kami terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Iran tidak hanya tidak menjadi ancaman bagi keamanan regional, tetapi juga selalu berupaya untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan negara-negara tetangganya.”

Mantan menteri luar negeri tersebut merujuk pada klaim Israel bahwa Teheran berupaya mengembangkan senjata nuklir sebagai bagian dari kampanye untuk menggambarkan Iran sebagai ancaman, seraya menekankan bahwa jika Teheran bermaksud mengembangkan senjata nuklir, hal itu sudah dilakukan sejak lama.

“Jika kami ingin membangun senjata nuklir, kami akan melakukannya sejak lama, tetapi program untuk membangun senjata nuklir tidak akan seperti program kami. Anda membangun senjata nuklir di laboratorium tersembunyi yang tidak tunduk pada inspeksi internasional,” katanya.

Zarif merujuk pada pernyataan berulang-ulang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejak 1994 yang mengklaim bahwa Iran akan memperoleh senjata nuklir dalam waktu enam bulan.

“Sekarang hampir 30 tahun telah berlalu sejak klaim tersebut, dan Iran masih disebut sebagai ancaman yang mengancam. Ini tidak lain hanyalah upaya untuk mengamankan Iran.”

Mengenai upaya pencabutan sanksi Iran, Zarif menyatakan harapan bahwa Presiden AS Donald Trump akan memilih “rasionalitas” dalam interaksinya dengan negara tersebut.

“Saya berharap kali ini, ‘Trump 2’ akan lebih serius, lebih fokus, lebih realistis,” kata Zarif.

Trump menarik diri dari JCPOA pada tahun 2018, menggagalkan diplomasi selama bertahun-tahun untuk menyelesaikan perselisihan mengenai program nuklir sipil Iran. Kesepakatan tersebut menetapkan langkah-langkah membangun kepercayaan dari Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi.

Sekarang dengan Trump kembali berkuasa di Amerika Serikat, spekulasi media tersebar luas bahwa ia mungkin mencari kesepakatan serupa dengan JCPOA terkait program nuklir Iran.

Perlawanan tidak akan berakhir hingga pendudukan berakhir

Mengenai dukungan Iran terhadap perlawanan anti-Israel di kawasan tersebut, Zarif menyatakan bahwa perlawanan telah ada jauh sebelum Iran memulai dukungannya. Ia menekankan bahwa kelompok perlawanan tidak pernah bertindak atas nama Iran, dengan menyatakan bahwa meskipun Iran mendukung hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri, perlawanan Palestina dan Lebanon tidak pernah bertindak atas perintah Iran; mereka berjuang demi tujuan mereka sendiri.

“Perlawanan telah ada sebelum Revolusi Islam di Iran dan terus berlanjut sejak saat itu. Pada tahun 1982, Ariel Sharon berupaya menghancurkan perlawanan Palestina dengan menginvasi Lebanon dan mengasingkan Yasser Arafat ke Tunisia. Namun, selama periode ini, kelompok perlawanan seperti Jihad Islam, Hizbullah, dan Hamas muncul. Ini menunjukkan bahwa perlawanan merupakan respons terhadap pendudukan, penindasan, dan genosida, bukan alat di tangan Iran.”

Baca juga: Presiden Iran Tekankan Persatuan Nasional dalam Menghadapi Musuh

Ia menambahkan bahwa perlawanan akan terus berlanjut hingga rakyat di kawasan tersebut terbebas dari penindasan.

“Perlawanan akan terus berlanjut selama masih ada pendudukan, apartheid, dan genosida. Mereka yang mengira dapat melenyapkan perlawanan itu keliru. Sasaran Netanyahu adalah penghancuran Hamas, tetapi Hamas tetap teguh, dan Israel terpaksa menerima gencatan senjata. Saya berharap gencatan senjata ini akan bersifat permanen dan kita tidak akan lagi menyaksikan pembantaian ribuan orang tak berdosa,” katanya.

Zarif menggarisbawahi perlunya solusi bagi masalah Palestina untuk mengakhiri sumber ketidakstabilan di Asia Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *