Turki Telah Melakukan Kejahatan Perang dengan Memutus Aliran Air ke Kota-Kota Suriah

Turki Telah Melakukan Kejahatan Perang dengan Memutus Aliran Air ke Kota-Kota Suriah

Damaskus, Purna Warta Kementerian Luar Negeri Suriah menekankan bahwa menurut hukum humaniter internasional, tindakan Turki dan milisi afiliasinya dalam memutus pasokan air ke al-Hasakah dan kota-kota sekitarnya adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada Jumat sore (16/9), Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk pemutusan aliran air ke kota-kota di negara ini, terutama Al-Hasakah, oleh Turki dan tentara bayarannya.

Baca Juga : Raisi Serukan SCO Untuk Hadapi Unilateralisme AS Melalui Pendekatan Baru

Kantor berita resmi Suriah (SANA) melaporkan, mengutip Kementerian Suriah ini, bahwa memutus aliran air ke warga al-Hasakah dan kota-kota lain selama lebih dari 50 hari adalah tindakan yang tidak manusiawi dan tidak bermoral. Apakah itu oleh pasukan pendudukan Turki atau kelompok teroris yang didukung olehnya.

Damaskus menekankan bahwa menurut hukum humaniter internasional, tindakan Turki dan milisi afiliasinya adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kementerian Luar Negeri Suriah menandaskan bahwa terkait hal ini, kecaman tidak lagi cukup, tetapi masyarakat internasional harus segera turun tangan untuk menghentikan tindakan tersebut, dan kelanjutan tindakan Turki itu akan berujung pada bencana kemanusiaan.

Selama lebih dari 50 hari, Turki dan tentara bayarannya telah menyebabkan banyak masalah bagi penduduk Al-Hasakah dan kota-kota sekitarnya dengan memutus aliran air. Warga dari daerah yang diduduki oleh Turki di Suriah telah berulang kali mengadakan demonstrasi menuntut pengusiran Turki dan tentara bayarannya.

Terlepas dari tindakan permusuhan Turki terhadap Suriah, surat kabar Hurriyet melaporkan pada hari Jumat (16/9), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Bashar al-Assad dalam pertemuan dengan anggota Partai Keadilan dan Pembangunan pada hari Senin lalu.

Baca Juga : Seruan Untuk Larang Nasionalis Hindu Anti-Muslim Kunjungi Inggris

Surat kabar ini menulis bahwa Erdogan dalam pertemuan ini, yang jauh dari mata media; telah berkata: Jika Bashar al-Assad menghadiri KTT Shanghai di Uzbekistan, saya ingin bertemu dengannya. Sayangnya, dia tidak bisa datang ke Uzbekistan sehingga saya bisa bertemu dengannya dan menceritakan kata-kata saya secara pribadi.

Sebelumnya, beberapa sumber menulis bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Erdogan dan Bashar Assad untuk menghadiri KTT Shanghai. Pada saat yang sama dengan berita ini, pada Kamis malam, kantor berita Reuters mengklaim bahwa Hakan Fidan, kepala Organisasi Intelijen Turki, dan Ali Mamluk, mitranya dari Suriah, telah bertemu satu sama lain di Damaskus di beberapa minggu terakhir.

Menurut para ahli, sinyal positif Turki untuk meningkatkan hubungan dengan pemerintah Suriah, setelah 11 tahun menciptakan krisis dan mendukung berbagai kelompok teroris, berada dalam situasi di mana Turki menghadapi pemilihan presiden tahun depan. Dan Ankara berusaha menarik diri dari konflik Suriah dan menyelesaikan masalah pengungsi Suriah, yang telah menyebabkan ketidakpuasan rakyat Turki, dan mengembalikan mereka ke negara mereka.

Sementara itu, pemerintah Suriah telah berulang kali mengumumkan bahwa Turki harus mengakhiri pendudukannya atas wilayah Suriah dan berhenti mendukung kelompok teroris. Damaskus menekankan bahwa “Perjanjian Adana” (1998) adalah kesepakatan terbaik untuk menyelesaikan masalah antara Suriah dan Turki.

Baca Juga : Iran: Yayasan Israel Berdasarkan Agresi Dan Kejahatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *