Tehran, Purna Warta – Iran atau dikenal dengan Persia telah diketahui memiliki peradaban besar masa silam. Sampai sekarang pun negara yang kerap viral di media karena kekeras kepalannya melawan arogansi Amerika Serikat ini masih sering mengundang decak kagum. Bagaimana tidak, ditengah embargo AS yang makin mengerikan, Iran tetap bisa survive dan melaju dengan kemajuan tekhnologinya yang seakan sulit dihentikan.
Salah satu kemajuan Iran yang mendapat pujian adalah di bidang kesehatan. Menteri Kesehatan RI, Prof. DR. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K), pada kunjungannya di Iran tahun 2019, tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya akan canggihnya tekhnologi medis di Iran. Diapun menyampaikan, kerjasama Jakarta-Tehran di bidang kesehatan harus benar-benar dijajaki secara serius. Pada kunjungan selanjutnya di bulan Agustus 2021 di Tehran ibukota Iran, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI rof dr Abd Kadir PhD SpTHT-KL(K) MARS yang mewakil Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, setelah melihat langsung perkembangan tekhnologi medis di Iran mengatakan, “Selama diembargo, Iran mengalami resiliensi yang luar biasa, sehingga menjadi negara nomor 4 teknologinya di dunia. Sungguh banyak hal yang bisa kita pelajari dari Iran.”
Kemajuan Iran di bidang medis ini menyebabkan banyak pasien dari kawasan dan negara tetangga memilih Iran untuk berobat, khususnya pengobatan kanker dan tansplantasi organ tubuh. Penggunaan alat-alat canggih, dokter ahli dengan kemampuan yang sangat tinggi, dan biaya yang relatif rendah merupakan salah satu keunggulan Iran di bidang kedokteran. Dengan ditemukannya vaksin Covid-19 oleh ilmuan Iran yang diberi nama COVIran Barekat, Iran merupakan satu dari enam negara produsen vaksin Corona di dunia.
Khusus transplantasi organ tubuh. Baru-baru ini, tulisan Dahlan Iskan yang menceritakan ada orang Indonesia yang berhasil melakukan operasi transplantasi hati di Iran menjadi viral. Keberhasilan itu menambah bukti, betapa majunya tekhnologi medis di Iran. Berikut ini dokumenter, Fatimah (48 tahun) WNI dari Kudus selama kurang lebih 3 bulan di Iran menceritakan pengalamannya melakukan operasi transplantasi hati di Abu Ali Sina Transplantation Hospital, rumah sakit khusus transplantasi organ tubuh di kota Shiraz Iran. Ia ditangani langsung oleh Prof. Dr. Malek Hosseini, dokter ahli yang telah terlibat lebih dari 10.000 operasi pembedahan tanpa kegagalan membuatnya digelari “the father of transplantation in Iran”. Pendonor hati adalah putri Fatimah sendiri, Halima Tussakdiyah (22 tahun). Sempat menjadi polemik, sebab di awal dia ditolak rumah sakit karena usianya masih muda dan belum menikah.
Silakan menyimak sebuah perjalanan ke belahan dunia yang lain dalam upaya mempertahankan hidup. Butuh 10 jam 35 menit penerbangan dengan pesawat terbang dari Jakarta.
https://www.youtube.com/watch?v=q7Fc_V-F7SI&ab_channel=PurnaWarta