Damaskus, Purna Warta – Mulai berjalannya pemerintahan Mohammad Qazi Al-Jalali, perdana menteri baru Suriah, terjadi dalam konteks di mana banyak orang melihat pemilihan mantan menteri komunikasi dan teknologi sebagai tanda tekad Damaskus untuk membangun kembali struktur politik Suriah pasca perang serta mengembangkan sektor perbankan, industri, perdagangan, dan pertanian Suriah.
Baca juga: Militer Israel Serang Lebanon Selatan dan Timur
Mohammad Qazi Al-Jalali ditugaskan untuk membentuk kabinet keempat Suriah sejak amandemen konstitusi negara itu pada tahun 2011.
Banyak yang menganggap pemilihan Al-Jalali sebagai tanda tekad Damaskus untuk membangun kembali struktur politik Suriah dalam tahun-tahun pasca perang serta mengembangkan sektor perbankan, industri, perdagangan, dan pertanian Suriah.
Raed Haj Suleiman, seorang profesor di Universitas Aleppo, berpendapat bahwa Damaskus, dengan memilih Al-Jalali yang keluarganya berasal dari Dataran Tinggi Golan yang terjajah, menekankan komitmennya untuk mendukung poros perlawanan dan menekankan pentingnya melawan penjajah Amerika di timur Suriah serta Israel di wilayah Golan.
Profesor ilmu politik ini menambahkan bahwa Al-Jalali juga dikenal sebagai individu yang ahli dan terkemuka dalam manajemen proyek-proyek konstruksi di Suriah, yang akan mempercepat proses rekonstruksi infrastruktur negara.
Baca juga: AS dan Irak Sepakat Akhiri Misi Koalisi Anti-Daesh
Beberapa pengamat, dengan merujuk pada banyaknya perubahan dalam kabinet Al-Jalali dibandingkan dengan Hussein Arnous, mantan perdana menteri Suriah, menyebut adanya perkembangan penting dalam struktur kementerian-kementerian kunci dan pemerintahan, seperti Kementerian Luar Negeri, Dalam Negeri, Pendidikan, dan Industri, sebagai tanda dimulainya era transisi Suriah pasca-perang.