Kabul, Purna Warta – Taliban mengecam serangan pesawat tak berawak oleh militer AS baru-baru ini di Kabul yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk tujuh anak-anak. Taliban menganggap serangan tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membuat pernyataan pada hari Minggu (19/9) berbicara dengan China Media Group mengatakan, “Sekitar tiga minggu setelah Amerika Serikat melakukan serangan pesawat tak berawak di sekitar Bandara Internasional Kabul yang diduga menargetkan perencana potensial dengan kelompok teroris ISIS.”
“Ini bukan satu-satunya insiden yang dilakukan AS. Sudah 20 tahun mereka membunuh warga sipil di Afghanistan,” katanya. Ia menyerukan Amerika Serikat untuk bertanggung jawab atas pembunuhan dan penindasan masa lalunya di negara itu.
“AS harus bertanggung jawab atas tindakan masa lalu mereka dan bekerja sama dengan rakyat Afghanistan sebagai bentuk kompensasi atas pembunuhan dan penindasan di negara itu,” tambahnya.
Mujahid, yang juga menjabat sebagai Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi pemerintah sementara baru di Afghanistan, lebih lanjut mengatakan tindakan ceroboh Amerika Serikat yang seperti itu menyebabkan bencana kemanusiaan.
Juru bicara Taliban mengulangi seruan bagi donor internasional untuk memulai kembali bantuan ke Afghanistan sambil mengungkapkan optimisme untuk perpanjangan Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) selama enam bulan yang diadopsi pada hari Jumat (17/9).
Kesalahan AS yang mengerikan
Pada 29 Agustus, AS melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap kendaraan yang diklaimnya sebagai kendaraan milik teroris ISIS yang menjadi ancaman bagi pasukan Amerika di bandara Kabul.
Serangan itu terjadi sehari setelah Kedutaan Besar AS di Afghanistan memperingatkan ancaman di dekat bandara Kabul.
Belakangan ini terungkap bahwa serangan pesawat tak berawak itu telah menewaskan sepuluh anggota keluarga Afghanistan, termasuk tujuh anak.
Selama lebih dari dua minggu, Pentagon terus bersikeras bahwa serangan itu dibenarkan dan diperlukan untuk mencegah serangan terhadap pasukan Amerika paska pemboman di bandara Kabul yang menewaskan 13 pasukan pendudukan AS dan sebanyak 170 warga sipil Afghanistan.
Namun, pada hari Sabtu (18/9), AS mengaku telah membunuh 10 warga sipil Afghanistan meskipun sebelumnya mereka mengklaim bahwa korban yang tewas adalah teroris.
Jenderal Kenneth McKenzie, kepala Komando Pusat AS mengaku bertanggung jawab penuh atas apa yang dia katakan sebagai sebuah kesalahan dan menawarkan permintaan maaf.
Jenderal AS mengatakan bahwa Washington sedang mempelajari bagaimana menebus kerugian yang dapat dilakukan untuk keluarga mereka yang tewas.
McKenzie mengatakan serangan pesawat tak berawak yang diluncurkan pada jam-jam kacau setelah pemboman mematikan di dekat bandara Kabul, dimaksudkan untuk mencegah serangan lain terhadap pasukan AS.
“Pada hari-hari sejak itu, Washington telah menetapkan bahwa mereka yang meninggal tidak mungkin terkait dengan afiliasi dari organisasi teroris ISIS yang terkenal kejam.” Katanya.
Invasi pimpinan AS ke Afghanistan pada tahun 2001 menyingkirkan Taliban dari kekuasaan, tetapi telah memperburuk situasi keamanan di negara itu. Dua dekade kemudian, Taliban kembali berkuasa di Afghanistan.