Damaskus, Purna Warta – Sambil memuji dan berterima kasih kepada Tunisia karena meningkatkan tingkat perwakilan diplomatik negara itu di Damaskus, menteri luar negeri Suriah mengumumkan bahwa Suriah akan membuka kembali kedutaan di Tunisia dalam beberapa hari kedepan.
Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Al-Mekdad dan mitranya dari Tunisia Nabil Ammar melakukan percakapan telepon pada hari Rabu, 5 April.
Baca Juga : Pejabat Suriah: Hubungan Teheran-Damaskus telah Capai Tingkat Tertinggi
Menurut laporan kantor berita resmi Suriah (SANA), dalam sambungan telepon ini, sambil mengucapkan selamat bulan suci Ramadhan, kedua belah pihak bertukar pandangan tentang hubungan bilateral dan pentingnya memperkuat dan mengembangkannya di segala bidang.
Menurut laporan ini, Menteri Luar Negeri Tunisia dalam percakapan telepon ini menyebutkan bahwa Kepresidenan Tunisia telah meminta untuk meningkatkan tingkat perwakilan negara ini di Damaskus dan menunjuk seorang duta besar untuk Suriah.
Namun di sisi lain, sembari memuji dan berterima kasih atas keputusan Presiden Tunisia Qais Saeed untuk menaikkan level perwakilan diplomatik negara itu di Damaskus, Menteri Luar Negeri Suriah mengumumkan bahwa Suriah akan membuka kembali kedutaannya di Tunisia dalam beberapa hari mendatang dan meningkatkan perwakilannya di negara ini ke tingkat duta besar.
Akhir Februari lalu, kantor kepresidenan Tunisia mengumumkan bahwa presiden negara itu, Qais Saeed, telah memutuskan untuk menaikkan level perwakilan diplomatik Tunisia di Suriah.
Dan dengan menekankan bahwa negaranya selalu berdiri di samping rakyat Suriah, Tunisia mengumumkan: Masalah rezim Suriah adalah masalah internal yang hanya menyangkut rakyat Suriah sendiri.
Baca Juga : Sana’a: Kami Sangat Ingin Memainkan Peran Praktis untuk Pembebasan Palestina
Hubungan diplomatik antara Suriah dan Tunisia terputus pada 4 Februari 2012 pada masa kepresidenan Al-Moncef al-Marzouki, mantan presiden Tunisia.
Dalam sebuah pernyataan, al-Marzouki mengumumkan pengusiran duta besar Suriah dan tidak diakuinya pemerintahan Bashar Al-Assad serta meminta presiden negara ini untuk mengundurkan diri dari jabatannya.