Damaskus, Purna Warta – Menurut laporan kantor berita resmi Suriah, SANA, dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah disebutkan: “Republik Arab Suriah mengecam tindakan bermusuhan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Federasi Rusia dengan menyediakan rudal balistik jarak jauh kepada Ukraina dan mengizinkan penggunaannya untuk menyerang wilayah dalam Rusia; tindakan ini akan membawa kawasan ke tingkat eskalasi ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Dalam pernyataan tersebut ditegaskan: “Republik Arab Suriah memperingatkan bahwa upaya Amerika Serikat untuk memperburuk konflik dan memberikan senjata canggih kepada para sekutunya di berbagai tempat akan mendorong keamanan dan stabilitas dunia menuju kehancuran.”
Kementerian Luar Negeri Suriah juga memperingatkan bahwa tindakan ini akan membawa kawasan ke tingkat eskalasi ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menempatkan dunia dalam risiko terjadinya perang nuklir, yang akibatnya akan dirasakan oleh seluruh umat manusia.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah kantor berita Reuters pada Senin, 18 November 2024, mengutip tiga sumber terpercaya yang melaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden telah mencabut larangan penggunaan senjata jarak jauh Amerika kepada Ukraina untuk menyerang wilayah dalam Rusia.
Menurut sumber-sumber tersebut, serangan pertama ke wilayah dalam Rusia kemungkinan besar akan dilakukan menggunakan rudal taktis jarak jauh ATACMS, yang memiliki jangkauan lebih dari 300 kilometer. Namun, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut karena alasan keamanan operasional.
Sementara itu, pada Rabu, 20 November 2024, Ukraina menembakkan serangkaian rudal jelajah “Storm Shadow” buatan Inggris ke arah Rusia, hanya sehari setelah menggunakan rudal “ATACMS” buatan Amerika Serikat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam beberapa hari terakhir sebelum serangan ini, telah menandatangani doktrin nuklir baru yang secara resmi menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.
Doktrin ini memungkinkan Rusia untuk melakukan serangan nuklir bahkan sebagai respons terhadap serangan konvensional dari negara yang didukung oleh kekuatan nuklir.
Putin sebelumnya telah memperingatkan bahwa penggunaan senjata jarak jauh Barat oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia akan dianggap sebagai konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.