Damaskus, Purna Warta – Meskipun Deir Ez-Zor (ibu kota provinsi) dibebaskan pada 3 November 2017, setelah tiga tahun pendudukan oleh kelompok teroris ISIS, oleh tentara Suriah dan pejuang Front Perlawanan Islam, dibutuhkan waktu hingga musim panas 2018 untuk membersihkan provinsi ini dari sisa-sisa kelompok teroris tersebut.
Kelompok teroris ISIS, yang diciptakan, diperlengkapi, dan diorganisir oleh Amerika Serikat pada tahun 2012, satu tahun setelah dimulainya krisis Suriah, untuk memastikan keamanan rezim Zionis Israel dan menghancurkan Front Perlawanan Islam. ISIS datang bukan untuk pergi, tapi datang untuk menciptakan kepemimpinan Islam ala takfiri di kawasan Asia Barat, yang diinginkan oleh Barat dan Zionis Israel.
Baca Juga : 2 Warga Yaman Terbunuh di Perbatasan oleh Tentara Saudi
Tetapi tentara Suriah dan pejuang Front Perlawanan Islam menghancurkan impian kelompok teroris ini dan pendukung Barat-Zionis-Arabnya dan membubuhkan cap ketidakabsahan pada kelompok teroris ini dan mengalahkannya.
Meskipun kelompok teroris ISIS dikalahkan di Irak pada November 2017 dan sebulan kemudian di Suriah, namun sisa-sisa elemen ISIS masih ada di kedua negara ini secara terbatas dan rahasia di bawah payung perlindungan Amerika Serikat.
Dan dengan bantuan tentara pendudukan Amerika Serikat, mereka terkadang melakukan operasi terorisme di timur Suriah dan Irak, namun kelompok ISIS telah gagal dan tidak mampu menunjukkan kekuatannya seperti di masa lalu.
Meskipun ISIS sebelumnya telah kehilangan ibukota politik yang diproklamirkan sendiri, Raqqa, kekalahan kelompok teroris ini di Deir ez-Zor sebagian besar dapat diartikan sebagai akhir perang melawan ISIS di Suriah. Namun, sel-sel yang tidak aktif dari kelompok yang dikalahkan ini masih memiliki kehadiran dan aktivitas yang terbatas di Suriah dan Irak dengan bantuan tentara pendudukan Amerika Serikat.
Kelompok teroris ISIS menyebabkan banyak kerugian pada masyarakat dan kerusakan pada infrastruktur Deir Ez-Zor selama pendudukannya di Deir Ez-Zor selama lebih dari tiga tahun.
Deir Ez-Zor adalah kota keindahan dan usaha.
Deir Ez-Zor adalah kota terbesar di wilayah timur Suriah, yang terletak di persimpangan timur, utara dan tengah negara ini dan di bertetangga dengan Irak.
Baca Juga : Peringatan Irak tentang Bahaya Kamp Al-Hawl di Suriah
Sekarang, berkat darah para syuhada Suriah, Iran, Lebanon, Hizbullah, Fatemiyoun, Zainabiyun, dan Irak, sudah 5 tahun sejak keamanan dikembalikan ke kota Deir Ez-Zor dan setelah itu ke kota-kota lain di provinsi ini, dan masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari mereka, namun, Amerika Serikat dan Zionis Israel serta sel-sel ISIS yang masih aktif terkadang menyebabkan kematian penduduk provinsi Deir Ez-Zor dengan operasi terorisme mereka.
Pada akhir musim semi 2014, kelompok teroris takfiri ISIS menguasai Suriah timur dan sebagian besar Irak barat, dan dalam tiga tahun, ibu kota provinsi Deir Ez-Zor terbagi antara pasukan tentara Suriah dan ISIS.
Meskipun provinsi Aleppo, sebagai ibu kota ekonomi Suriah (di utara negara ini), telah dibebaskan dari teroris sebelumnya, dan tindakan ini merupakan titik balik dalam perubahan fundamental medan dan persamaan politik dalam perang Suriah. Namun pembebasan Deir Ez-Zor adalah titik balik untuk menghapus kelompok teroris ISIS dari geografi Suriah.
Deir Ez-Zor juga sangat penting dari sudut pandang ekonomi. Selain itu, kota yang indah ini terletak di tepi sungai Efrat dan akses ke air yang melimpah (Sungai Efrat) selalu membawa kemakmuran pertaniannya; Lebih dari 40% cadangan minyak dan gas di Suriah terletak di provinsi Deir Ez-Zor. Selama pendudukan ISIS, kelompok teroris ini meraup banyak pemasukan dengan mencuri minyak dari Deir Ez-Zor dan menjualnya ke pengusaha Türkiye. Dan sekarang sumber daya alam ini dikuasai oleh pasukan pendudukan Amerika Serikat dan mereka terus mencuri sumber daya alam ini dan menjualnya.
Selama penyerangan kelompok teroris ISIS, kota Deir Ez-Zor tidak pernah sepenuhnya direbut oleh kelompok teroris ini karena keberanian tentara Suriah dan para pejuang Front Perlawanan Islam, serta beberapa wilayahnya berada di bawah kendali tentara Suriah.
Salah satu komandan tentara Suriah, yang memainkan peran kunci dalam pembebasan kota Deir Ez-Zor dan syahid pada tanggal 18 Oktober 2017, adalah Mayor Jenderal Essam Zahruddin, yang tewas dalam operasi pembersihan lingkungan Hawija Sakr di sebelah barat kota Deir Ez-Zor akibat meledaknya ranjau yang ditanam oleh elemen teroris.
Selama tahun-tahun ini, Mayor Jenderal Essam Zahruddin, komandan Druze Suriah, telah berulang kali menunjukkan kompetensi dan kemampuannya di bidang militer dan pertahanan Suriah dengan mengalahkan ISIS dalam pertempuran yang berarti hidup dan mati bagi rezim Suriah dan ISIS di Suriah timur.
Baca Juga : Pemimpin Ansarullah: Barat Berusaha Ekspor Kerusakan Moral ke Masyarakat Islam
Syahid Zahruddin adalah komandan pengawal presiden Suriah, yang berpartisipasi sebagai patriot dalam operasi penting, termasuk pembersihan Ghouta Timur dan bagian lain negara itu, sejak awal krisis Suriah.
Selama pengepungan kota Deir Ez-Zor, dia pergi ke kota ini bersama beberapa temannya dan mencegah infiltrasi teroris ISIS ke kota Deir Ez-Zor yang terkepung dengan melakukan perlawanan selama 3 tahun.
Sebelum kota Deir Ez-Zor dibebaskan oleh tentara Suriah, teroris ISIS banyak mencoba memasuki kota ini bahkan berhasil memutuskan hubungan antara kota ini dengan bandara Deir Ez-Zor. Tapi mereka gagal berkat perlawanan yang heroik dari Mayor Jenderal Zahruddin dan rekan-rekannya.
Mayor Jenderal Essam Zahruddin dikenal sebagai simbol perlawanan di Suriah dan sebelum terbunuh, ia masuk dalam daftar pembunuhan agen mata-mata rezim Zionis Israel (Mossad) dan beberapa kali menjadi taget pembunuhan oleh agen rezim Zionis Israel.
Mayor Zahruddin, yang merupakan salah satu Druze dari provinsi al-Suwayda Suriah, yang selama perang negara ini, bersama pasukannya, melakukan banyak operasi untuk membela rakyat dan negara Suriah.
Baca Juga : Rezim Zionis akan Hentikan Agresinya Hanya Dengan Kekerasan Terhadapnya
Kemasyhuran keberanian komandan senior tentara Suriah selama 4 tahun di kota Deir Ez-Zor yang terkepung, dengan peralatan militer seadanya, mengejutkan para pemimpin militer Barat dan Timur di arena internasional, dan tentunya juga memancing kemarahan para teroris ISIS dan para pendukungnya.
Setelah kematian Mayor Jenderal Essam Zahruddin, sebuah upacara pemakaman akbar diadakan di hadapan rakyat Suriah dan otoritas atas terbunuhnya pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan negara.