Gaza, Purna Warta – Serangan udara Israel menargetkan dua rumah di Rafah, di Jalur Gaza selatan, mengakibatkan kematian 10 orang dan melukai beberapa lainnya.
Rida Sobh, berduka atas kematian saudara perempuannya dalam salah satu serangan, menggambarkan kehancuran total rumah dan hilangnya anak-anak, bibi, suami, dan sepupu saudara perempuannya.
Baca Juga : Blok Afrika Barat Siap Memperkuat Hubungan Dengan Rusia
“Rafah tidak aman. Dimana-mana di Jalur Gaza jadi sasaran. Jangan bilang Rafah aman. Dari Beit Hanoun sampai Rafah semuanya berbahaya,” tegas Sobh.
Meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza telah menimbulkan kekhawatiran internasional, khususnya mengenai potensi serangan besar jika militer rezim Israel memutuskan untuk menyerbu Rafah, tempat lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza mencari perlindungan.
Pejabat kemanusiaan PBB melaporkan bahwa warga Palestina di Rafah bergerak menuju wilayah tengah ketika serangan udara Israel semakin intensif.
Sekitar 1,4 juta warga Palestina, atau lebih dari separuh penduduk Gaza, mencari perlindungan di Rafah.
Baca Juga : Hizbullah Ingatkan Israel akan Menderita Kekalahan lebih Besar jika Menyerang Lebanon
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyoroti parahnya kekurangan pangan di Rafah dan daerah lain, terutama di Gaza utara, yang merupakan sasaran pertama serangan dan di mana kerusakan besar telah terjadi.
Dujarric mencatat tantangan dalam menyalurkan bantuan ke seluruh Gaza, dengan menyebutkan seringnya penutupan perbatasan, pembatasan impor, kerusakan infrastruktur penting, dan pertempuran yang berkelanjutan sebagai hambatan yang signifikan.